Dua mahasiswa UNJ dengan keterbatasan fisik membuktikan bahwa kesuksesan tidak mengenal batasan. Melalui perjuangan dan semangat pantang menyerah, mereka berhasil menyelesaikan studi di bidang Pendidikan Agama Islam (PAI). Ini adalah tonggak sejarah bagi UNJ sebagai institusi pendidikan inklusif.
Ketika berbicara tentang pendidikan inklusif, UNJ telah menunjukkan komitmennya dalam menciptakan lingkungan belajar yang ramah bagi semua kalangan. Salah satu mahasiswa, Rovan Januariza, yang memiliki penglihatan rendah (low vision), menjelaskan bahwa tantangan terbesarnya bukan hanya soal akademik tetapi juga sosial. "Saya sering kali merasa sulit untuk beradaptasi dengan teman-teman yang mungkin tidak paham kondisi saya," ungkapnya.
Meskipun demikian, keberadaan Relawan Disabilitas (Redis) UNJ memberikan solusi nyata bagi mahasiswa seperti Rovan. Program ini tidak hanya menyediakan bantuan teknis tetapi juga membangun kesadaran kolektif di kalangan mahasiswa lainnya mengenai pentingnya empati dan kerjasama. Dengan adanya fasilitas seperti ini, mahasiswa disabilitas dapat lebih fokus pada tujuan utama mereka: meraih pendidikan tinggi.
Pemanfaatan teknologi modern menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan mahasiswa disabilitas di UNJ. Rohmat Nurhadi, mahasiswa dengan penglihatan total (total blind), sangat mengapresiasi penggunaan bahan ajar dalam format digital. Screen reader, alat pembaca layar, memungkinkan mahasiswa seperti Rohmat untuk mengakses materi perkuliahan tanpa bergantung sepenuhnya pada orang lain.
Keberadaan teknologi ini tidak hanya membantu dalam proses belajar mandiri tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri para mahasiswa. "Saya merasa lebih bebas dalam mengeksplorasi ilmu karena saya tidak lagi dibatasi oleh bentuk fisik buku atau catatan," kata Rohmat. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan inklusif tidak hanya tentang menyediakan akses tetapi juga menciptakan peluang yang setara bagi semua.
Keberhasilan Rovan dan Rohmat bukanlah hasil dari upaya individu saja. Sinergi antara pihak kampus, relawan, dan mahasiswa sendiri menjadi kunci utama dalam pencapaian ini. UNJ telah menunjukkan bahwa sebuah institusi pendidikan dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung bagi semua jenis mahasiswa.
Fasilitas-fasilitas yang disediakan, mulai dari ruang kelas yang aksesibel hingga program bimbingan khusus, menunjukkan betapa seriusnya UNJ dalam mewujudkan visi inklusivitas. Selain itu, partisipasi aktif mahasiswa lain dalam mendukung rekan-rekan disabilitas menciptakan budaya saling membantu yang patut dicontoh oleh institusi lainnya.
Keberhasilan Rovan dan Rohmat bukan hanya cerita individu tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat luas. Melalui contoh mereka, masyarakat diajak untuk melihat disabilitas bukan sebagai keterbatasan melainkan sebagai bagian dari keberagaman yang harus dihargai.
Lebih dari itu, keberhasilan ini membuka mata banyak pihak tentang pentingnya pendidikan inklusif dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan. "Kami berharap keberhasilan ini dapat menjadi pijakan bagi generasi berikutnya untuk tidak takut menggapai impian meskipun dengan keterbatasan," tutur Rovan dengan penuh harap.