Kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kini mulai menunjukkan dampak negatif signifikan. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa langkah-langkah proteksionisme perdagangan yang diterapkan AS berpotensi mendorong negara tersebut menuju jurang resesi. Hal ini memengaruhi kebijakan suku bunga acuan secara global. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi AS telah memicu diskusi serius tentang risiko resesi di pasar keuangan internasional. Meskipun ada rencana pemotongan pajak, inflasi diprediksi tetap tinggi, sehingga penurunan suku bunga acuan tidak akan terjadi sesuai harapan awal.
Pada konferensi pers di Jakarta, Perry Warjiyo menjelaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi AS saat ini menunjukkan tanda-tanda melambat. Situasi ini memunculkan spekulasi di kalangan pelaku pasar tentang kemungkinan resesi. Menariknya, meskipun defisit anggaran AS diperkirakan turun dari 7,7% menjadi 6,4%, kebutuhan untuk menerbitkan obligasi masih menjadi fokus utama. Namun, ketidakpastian di pasar keuangan global terus meningkat akibat kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintah AS.
Ketidakpastian ini juga memengaruhi keputusan Federal Reserve (Fed) dalam menetapkan Fed Fund Rate. Perry menegaskan bahwa Fed kemungkinan besar tidak akan buru-buru melakukan penurunan suku bunga. Alasan utamanya adalah karena inflasi AS masih cenderung stabil pada level yang cukup tinggi. Situasi ini membuat para pelaku pasar harus lebih waspada terhadap volatilitas di sektor keuangan global.
Dengan adanya proyeksi perlambatan ekonomi AS, pengaruhnya terasa luas, termasuk pada kebijakan moneter di negara-negara lain. Ketidakpastian global ini semakin menunjukkan pentingnya koordinasi antara bank sentral di berbagai belahan dunia untuk mengantisipasi potensi dampak negatif dari resesi AS.
Situasi saat ini menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara kebijakan fiskal dan moneter di tingkat global. Kebijakan proteksionisme perdagangan yang diambil oleh AS memiliki implikasi jangka panjang yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi global. Oleh karena itu, langkah-langkah preventif perlu dilakukan agar dampak negatif dapat diminimalkan tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.