Setiap momen Lebaran, Prilly Latuconsina tidak hanya hadir sebagai sosok selebritas terkenal namun juga sebagai ibu rumah tangga yang mendalamkan cintanya melalui kuliner. Tahun ini, ia menyiapkan resep rendang yang tak hanya lezat namun juga sarat makna emosional bagi keluarganya. Melalui akun media sosialnya, ia berbagi cerita tentang proses memasak yang dilakukan dengan sepenuh hati.
Pemilik nama asli Prilly Mate Latuconsina ini memilih daging sapi segar sebagai bahan utama masakan tersebut. Ia mencampurkan rempah-rempah autentik seperti jahe, kunyit, cabai merah, dan santan kental untuk menciptakan cita rasa yang otentik. Proses pengolahan memakan waktu hingga berjam-jam, namun Prilly tetap teguh dalam komitmennya untuk memberikan yang terbaik kepada orang-orang tersayang.
Meskipun tubuhnya sempat melemah akibat kesibukan pekerjaan, Prilly tidak mengabaikan pentingnya tradisi keluarga. Untuk memastikan bahwa setiap langkah memasak dapat dilakukan dengan maksimal, ia menggunakan kursi kecil sebagai alat bantu agar bisa lebih mudah mengaduk isi wajan besar. Detail ini menjadi bukti nyata bagaimana semangat kreatifitas dan ketekunan dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Tidak ada alasan bagi Prilly untuk mundur dari tanggung jawab dapur meskipun kondisi fisiknya kurang ideal. Dengan dedikasi tinggi, ia membuktikan bahwa niat dan usaha keras adalah kunci dari setiap keberhasilan. Baginya, memasak bukan hanya soal teknik, tetapi juga tentang menyampaikan kasih sayang melalui setiap gigitan makanan.
Selain keluarganya, para penggemar Prilly juga turut antusias dengan hasil karyanya di dapur. Melalui unggahan fotonya di Instagram, banyak warganet yang memberikan apresiasi atas kerja keras serta ketekunan Prilly dalam menghidupkan tradisi Lebaran. Mereka bahkan menganggap rendang buatan Prilly sebagai simbol kehangatan dan kebersamaan yang jarang ditemui di era modern saat ini.
Dalam dunia digital yang serba cepat, kehadiran Prilly di dapur menjadi inspirasi bagi banyak orang. Banyak komentar positif yang mengatakan bahwa aktivitas memasaknya membawa nostalgia tentang masa-masa indah bersama keluarga. Ini menunjukkan bahwa seni memasak tidak hanya tentang makanan, tetapi juga tentang hubungan emosional yang terjalin selama prosesnya.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Prilly memutuskan untuk tidak menggelar acara open house pada tahun ini. Keputusan ini diambil karena banyak teman dan kerabatnya yang memilih pulang kampung selama musim liburan. Sebagai gantinya, mereka berencana untuk berkumpul secara lebih intim setelah periode mudik selesai.
Keputusan ini mencerminkan fleksibilitas Prilly dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang ada tanpa mengorbankan esensi dari hari raya itu sendiri. Baginya, kualitas pertemuan jauh lebih penting daripada skala acara. Oleh karena itu, ia fokus pada pembuatan hidangan istimewa yang dapat dinikmati oleh keluarga inti terlebih dahulu.