Pada abad ke-7, saat wilayah Arab tengah mengalami transformasi besar-besaran melalui munculnya agama Islam, Nusantara juga menorehkan sejarah gemilang dengan sosok pemimpin perempuan yang luar biasa. Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga menjadi salah satu tokoh yang paling dikenal dalam sejarah Indonesia kuno. Sebagai seorang penguasa yang visioner dan tegas, ia berhasil menjadikan Kalingga sebagai pusat perdagangan regional serta meninggalkan warisan budaya yang sangat berharga.
Di masa ketika Nabi Muhammad SAW memulai penyebaran ajaran Islam di Jazirah Arab, Ratu Shima lahir pada tahun 611 Masehi di Sumatera Selatan. Ayahanda beliau adalah seorang ahli Hindu yang kemudian menetap di Jawa setelah menikahi Kartikeyasinga dari Kerajaan Kalingga. Di sinilah awal mula kehidupan Shima berkembang di antara kompleks candi-candi Hindu yang tersebar di dataran tinggi Dieng.
Situasi politik mulai berubah signifikan bagi Shima ketika suaminya, Katikeyasinga, diangkat sebagai raja pada tahun 648 Masehi. Saat itu, dunia Islam sedang berada di bawah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, tepatnya pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib (656-661 M). Setelah wafatnya Katikeyasinga pada tahun 678 M, Ratu Shima secara resmi mengambil alih tahta sebagai penguasa tunggal Kalingga karena tidak adanya pewaris yang siap memimpin.
Masa kepemimpinan Ratu Shima mencatatkan prestasi luar biasa bagi Kerajaan Kalingga. Dengan visi strategisnya, ia mengubah pelabuhan Jepara menjadi sentra perdagangan internasional yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai penjuru dunia. Hubungan dagang bahkan telah terjalin dengan Dinasti Tang dari Tiongkok, membuktikan bahwa Kalingga bukan hanya makmur secara ekonomi tetapi juga memiliki pengaruh global.
Bukti tentang kemakmuran ini dapat ditemukan dalam catatan-catatan sejarah Tiongkok yang menyebutkan para pedagang asing terkagum-kagum atas kekayaan Kalingga, terutama karena perdagangan garam yang menjadi komoditas utama. Selain itu, penduduk Kalingga juga dikenal sangat maju dalam hal ilmu pengetahuan seperti astronomi serta memiliki sistem tulisan yang canggih untuk waktu itu.
Tidak hanya itu, reputasi Ratu Shima sebagai pemimpin tegas juga mendunia. Salah satu cerita legendaris adalah ketika seorang raja dari Arab, Ta-Shih, mengujinya dengan menempatkan karung emas di jalan umum selama beberapa bulan tanpa ada seorang pun yang mengambilnya. Keteguhan hukum yang diterapkan oleh Ratu Shima bahkan sampai memengaruhi putranya sendiri, Pangeran Narayana, yang harus menerima hukuman keras akibat kesalahannya.
Pada tahun 695 Masehi, hidup Ratu Shima berakhir, namun warisannya terus bertahan hingga runtuhnya Kerajaan Kalingga pada tahun 752 M. Saat itulah dunia Arab sudah masuk ke era Bani Umayyah, menandakan perkembangan pesat agama Islam di wilayah tersebut. Meskipun begitu, nama Ratu Shima tetap menjadi simbol kekuatan dan integritas dalam sejarah peradaban Nusantara.