Gaya Hidup
Tradisi Sungkeman: Warisan Budaya dalam Perayaan Lebaran
2025-03-28

Momento keagamaan dan budaya menjadi bagian integral dari perayaan hari besar di Indonesia. Salah satu contoh yang menarik adalah tradisi sungkeman, yang khusus dianut oleh masyarakat Jawa dan Sunda selama Hari Raya Idul Fitri. Sebagai seorang pemimpin negara yang juga berakar kuat dalam adat istiadat Jawa, mantan Presiden Soeharto telah menjadikan ritual ini sebagai bagian tak terpisahkan dari rutinitasnya selama 32 tahun kepemimpinan. Setiap tahun, ia melaksanakan serangkaian aktivitas religius yang dimulai dengan shalat Id hingga prosesi penghormatan kepada keluarga.

Kegiatan ini mencerminkan nilai-nilai hormat dan rasa syukur yang mendalam. Tradisi sungkeman dilakukan dengan cara menyentuh atau mencium lutut orang tua sebagai bentuk penghormatan tertinggi. Pada masa ketika kedua orang tuanya masih hidup, Soeharto secara konsisten mempraktikkan tradisi ini bersama keluarganya setelah menghadiri shalat Id di Masjid Istiqlal. Begitu pula ketika ia sendiri menjadi sosok yang dituakan, anak-anak serta menantunya mengambil giliran untuk menunjukkan hormat padanya. Ritual ini tidak hanya membentuk ikatan emosional dalam keluarga, tetapi juga menjadi cerminan budaya nasional yang kaya akan makna spiritual.

Budaya sungkeman berasal dari sejarah panjang yang dapat dilacak hingga periode Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Awalnya, praktik ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada para raja yang dianggap memiliki kedudukan dewa. Dengan bergesernya zaman ke era Islam, makna tersebut berubah menjadi simbol permohonan doa dan restu dari anggota keluarga yang lebih tua. Melalui keberlanjutan tradisi ini, nilai-nilai kesopanan, kerendahan hati, serta penghormatan kepada sesepuh tetap lestari hingga saat ini. Dengan demikian, tradisi seperti sungkeman bukan sekadar ritual fisik, tetapi juga merupakan warisan moral yang menghubungkan generasi masa lalu dengan masa depan.

More Stories
see more