Dalam perkembangan terbaru, sejumlah istilah dari bahasa Asia Tenggara resmi dimasukkan ke dalam Kamus Oxford. Kata-kata ini mencerminkan budaya dan emosi yang sulit diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa Inggris. Salah satu contohnya adalah "gigil," sebuah kata Tagalog yang menggambarkan perasaan intens saat melihat sesuatu yang sangat menggemaskan hingga menimbulkan dorongan untuk mencubit atau meremasnya. Selain itu, kamus juga menambahkan ekspresi seperti "alamak" dari Melayu dan Singapura serta berbagai kosakata makanan tradisional seperti "kaya toast" dan "fish head curry." Peristiwa ini menunjukkan betapa bahasa global semakin kaya dengan pengaruh lintas budaya.
Di tengah kemajuan zaman, Kamus Oxford baru-baru ini melakukan pembaruan besar-besaran dengan memasukkan beberapa istilah unik dari Asia Tenggara. Di Filipina, misalnya, kata "gigil" kini menjadi bagian dari kamus tersebut. Kata ini menggambarkan reaksi spontan yang sering kali dialami ketika seseorang melihat hal-hal lucu atau menggemaskan, seperti bayi atau hewan peliharaan imut. Dalam konteks sosial media modern, fenomena ini menjadi sangat relevan karena banyak orang mengalami rasa gemas yang sama saat menjelajahi platform digital.
Selain "gigil," ada juga istilah "alamak" dari Melayu dan Singapura yang digunakan untuk menyampaikan kejutan atau kekesalan. Penggunaan kata ini membantu penutur bahasa Inggris mengekspresikan emosi yang lebih spesifik tanpa harus menggunakan frasa panjang. Bidang kuliner juga tidak luput dari perhatian OED, dengan masuknya hidangan seperti "kaya toast" dan "fish head curry," yang mencerminkan keunikan rasa dari wilayah tersebut. Bahkan istilah seperti "videoke" dari Filipina dan "tapau" dari Mandarin juga mendapatkan tempat di kamus bergengsi ini.
Pembaruan ini dilakukan setelah tim OED melakukan analisis mendalam terhadap data linguistik serta partisipasi publik melalui crowdsourcing. Hasilnya, lebih dari 600.000 kata telah tercatat dalam kamus tersebut, termasuk kontribusi dari Afrika Selatan dan Irlandia.
Berita ini memberikan kita wawasan tentang pentingnya keberagaman budaya dalam dunia globalisasi. Dengan masuknya kata-kata baru dari berbagai negara, Kamus Oxford tidak hanya menjadi alat referensi tetapi juga simbol integrasi budaya dunia. Bagi pembaca, ini menunjukkan bahwa bahasa bukanlah batasan, melainkan jembatan untuk saling memahami antarbangsa. Melalui istilah-istilah seperti "gigil" dan "alamak," kita bisa melihat bagaimana emosi manusia universal dapat diekspresikan secara unik oleh setiap budaya.