Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gorengan telah menarik perhatian terkait dampaknya pada kesehatan dan ekonomi. Pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar US$213 juta atau setara dengan Rp3,45 triliun selama satu dekade untuk menangani penyakit kardiovaskular yang sering dikaitkan dengan lemak trans. Lemak ini umumnya ditemukan dalam makanan berminyak seperti bakwan, tempe mendoan, dan ayam geprek. Selain beban biaya pengobatan, produktivitas penduduk juga turun akibat penyakit jantung, yang diproyeksikan mencapai Rp67,34 triliun pada tahun 2024. Penelitian lebih lanjut mengungkap daerah-daerah tertentu di Indonesia memiliki tingkat konsumsi gorengan yang sangat tinggi.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Kabupaten Batang menjadi wilayah dengan konsumsi gorengan tertinggi, yaitu hampir enam kali seminggu per kapita. Hal ini disusul oleh Kabupaten Indramayu, yang rata-rata warganya mengonsumsi gorengan lima kali dalam seminggu. Beberapa daerah lain yang juga memiliki kecenderungan tinggi adalah Kota Pekalongan, Pemalang, dan Majalengka. Fenomena ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan tidak sehat masih marak di berbagai penjuru Nusantara.
Lemak trans yang terbentuk melalui proses industri dengan menambahkan hidrogen ke minyak sayur menjadi salah satu pemicu utama penyakit kardiovaskular. Ketika dikonsumsi secara berlebihan, lemak ini dapat meningkatkan kadar kolesterol darah, yang kemudian memicu risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, penyakit kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, merenggut nyawa hampir 800 ribu orang setiap tahun.
Penting bagi masyarakat untuk menyadari bahaya konsumsi makanan yang tinggi lemak trans. Melalui kampanye edukasi tentang pola makan sehat, diharapkan angka konsumsi gorengan dapat dikurangi secara signifikan. Upaya ini bukan hanya akan membantu mengurangi beban ekonomi negara tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Mengubah gaya hidup menuju pola makan yang lebih sehat menjadi langkah penting untuk menghadapi tantangan kesehatan masa depan. Dengan menurunkan konsumsi makanan berlemak, Indonesia dapat meminimalkan risiko penyakit kardiovaskular serta menghemat biaya pengobatan yang besar. Kesadaran kolektif masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak menjadi kunci untuk menciptakan perubahan positif dalam bidang kesehatan nasional.