Peningkatan harga emas secara signifikan telah memicu respons luar biasa dari masyarakat di Indonesia. Fenomena ini ditandai dengan antrian panjang yang terlihat di berbagai toko perhiasan dan logam mulia, termasuk Galeri 24, di mana pembeli harus menunggu hingga berjam-jam untuk melakukan transaksi. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi faktor, seperti ketakutan akan kehilangan peluang investasi (FOMO) serta spekulasi ekonomi global yang tidak stabil. Dalam periode tertentu setelah libur Lebaran, penjualan emas mencapai angka fantastis, yakni ratusan kilogram baik dalam bentuk batangan maupun perhiasan. Selain itu, para analis menyatakan bahwa tren kenaikan harga emas dunia menuju rekor baru diproyeksikan berlanjut hingga akhir tahun.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, salah satu pusat jual beli emas di Jakarta, yaitu Galeri 24 Salemba, mengalami lonjakan pengunjung sebesar 50% dibandingkan hari-hari biasanya. Hal ini terjadi pada rentang waktu 8 hingga 17 April 2025, setelah masa cuti Lebaran. Menurut Heru, seorang pegawai di outlet tersebut, minat masyarakat meningkat drastis karena mereka merasa khawatir akan dampak ekonomi negara. Betty Regina Simarmata, Kepala Departemen Pemasaran dan CSR Galeri 24, juga menjelaskan bahwa fenomena "panic buying" ini mencerminkan kecemasan kolektif atas ketidakpastian ekonomi saat ini.
Di sisi lain, beberapa pembeli, seperti Edwin, yang sudah aktif berinvestasi emas sejak 2019, melihat momen ini sebagai kesempatan emas untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Ia menyarankan agar investasi emas difokuskan untuk jangka panjang guna memperoleh hasil optimal. Saat ini, harga emas dunia telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni US$3.271/troy ons pada Rabu (16/4/2025), melebihi ATH sebelumnya yang tercatat pada awal bulan April.
Lebih lanjut, proyeksi dari lembaga keuangan ternama seperti Goldman Sachs menunjukkan bahwa harga emas dapat naik lebih tinggi lagi hingga mencapai US$3.700 per troy ons pada akhir tahun 2025. Proyeksi ini didukung oleh permintaan kuat dari bank-bank sentral serta arus dana masuk ke exchange-traded fund (ETF). Jika resesi global terjadi, ada kemungkinan harga emas akan melonjak hingga US$3.880 per troy ons.
Masyarakat Indonesia tampaknya semakin sadar akan pentingnya diversifikasi aset melalui emas sebagai instrumen perlindungan nilai. Lonjakan permintaan ini tidak hanya mencerminkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi tetapi juga dorongan untuk memanfaatkan potensi kenaikan harga emas dalam jangka panjang. Para ahli menegaskan bahwa meskipun situasi pasar saat ini cukup dinamis, investasi emas tetap menjadi pilihan yang andal bagi individu yang ingin melindungi nilai aset mereka dari inflasi dan volatilitas pasar.