PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) sedang mempersiapkan strategi baru dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan domestik yang terus berkembang. Salah satu langkah penting yang diambil oleh bank pelat merah ini adalah dengan melakukan transformasi struktur pendanaan atau funding, khususnya melalui segmen wholesale banking. Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, menekankan bahwa fokus utama BRI saat ini adalah meningkatkan dana murah atau low-cost fund seperti current account saving account (CASA). Hal ini bertujuan untuk menekan beban operasional serta memperkuat posisi BRI sebagai pemain utama di sektor UMKM.
Dalam upaya mewujudkan visinya, BRI tidak hanya berfokus pada transformasi CASA di segmen konsumen dan UKM, tetapi juga di sektor korporasi. Melalui aplikasi QLola, bank ini memberikan layanan cash management, transaksi perdagangan, pembukaan L/C, hingga value chain dan transaksi valuta asing. Selain itu, BRI juga menggandeng perusahaan anak seperti Pegadaian untuk mendukung sinergi bisnis, termasuk produk cicil emas dan gadai emas.
Pemimpin BRI menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia menjadi salah satu fondasi kuat bagi keberlanjutan bisnis. Dengan berbagai program pelatihan dan sekolah di luar negeri, bank ini berupaya menciptakan talenta-talenta terbaik. Di sisi lain, kerangka kerja pro bisnis diterapkan guna memastikan efisiensi operasional dan mitigasi risiko secara holistik. Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, menjelaskan bahwa pihaknya tengah merevisi alat-alat seperti credit scoring dan credit rating serta mengimplementasikan early warning system untuk mengantisipasi potensi risiko.
Berkaitan dengan kompetisi industri perbankan, BRI berencana untuk menuju model universal banking. Model ini akan memungkinkan BRI melayani seluruh segmen nasabah dari Sabang hingga Merauke. Dengan demikian, bank ini dapat memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks baik di sektor mikro maupun korporasi. Direktur Keuangan dan Strategy BRI, Viviana Dyah Ayu Retno, menyoroti pentingnya penurunan cost of fund. Ia menegaskan bahwa jika biaya pendanaan BRI turun 50 basis point saja, dampaknya akan dirasakan langsung oleh para nasabah UMKM dalam bentuk lending rate yang lebih kompetitif.
Dengan langkah-langkah strategis tersebut, BRI optimistis dapat tumbuh secara sehat dan berkelanjutan di tengah tantangan ekonomi global dan domestik. Perubahan fundamental dalam struktur pendanaan serta pengembangan kapabilitas digital dan sumber daya manusia diharapkan dapat membawa BRI ke level yang lebih tinggi dalam persaingan industri perbankan tanpa mengesampingkan prinsip kehati-hatian dan keberlanjutan.