Pasar
China dan Strategi Emas: Investasi Aman di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
2025-05-02
Selama beberapa dekade terakhir, China telah menunjukkan kecenderungan untuk memperkuat cadangan emas mereka sebagai strategi mitigasi risiko di tengah krisis ekonomi global. Dengan memiliki posisi dominan dalam cadangan devisa dunia, langkah ini bukan hanya sekadar upaya penyelamatan nilai mata uang, tetapi juga mencerminkan ambisi negara tersebut untuk memperbesar pengaruhnya dalam sistem finansial internasional.
Mengapa Emas Menjadi Pilihan Tepat bagi China?
Ketika krisis melanda, emas menjadi aset pelari terakhir yang memberikan stabilitas di tengah ketidakpastian pasar. Artikel ini akan menjelaskan secara mendalam alasan mengapa China terus membeli emas dalam jumlah besar selama periode krisis global.Pembelian Emas pada Krisis Finansial 2008-2009: Ancaman Global yang Pertama Kali Dirasakan
Pada tahun 2008 hingga 2009, krisis finansial global yang dimulai dari Amerika Serikat (AS) dengan masalah subprime mortgage menyebar luas ke berbagai sektor ekonomi dunia. China, yang sangat bergantung pada ekspor, mengalami perlambatan signifikan akibat penurunan permintaan global. Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah China tidak hanya mengandalkan paket stimulus besar, tetapi juga melakukan pembelian besar-besaran emas sebanyak 454,1 ton pada 2009. Langkah ini dilakukan karena emas dianggap sebagai benteng terakhir dalam mengamankan nilai cadangan devisa. Selain itu, pembelian ini membantu China mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan meningkatkan keberagaman portofolio investasi mereka. Melalui aksi ini, China memastikan bahwa meskipun nilai mata uang asing mengalami fluktuasi drastis, kekayaan nasional tetap terjaga dengan baik.Dalam konteks lebih luas, pembelian emas pada periode ini juga menunjukkan kesadaran China tentang pentingnya diversifikasi aset. Hal ini menjadi fondasi kuat bagi kebijakan moneter mereka di masa mendatang.Respon Terhadap Krisis Yunani 2015-2016: Ketegangan Zona Euro
Saat Yunani menghadapi default utang pada tahun 2015, dampaknya dirasakan di seluruh zona Euro. Krisis ini menyebabkan ketidakstabilan pasar saham global, termasuk di bursa China. Dalam situasi seperti ini, bank sentral China kembali memilih emas sebagai solusi aman. Mereka melakukan pembelian sebanyak 708,2 ton pada 2015 dan melanjutkannya dengan 80,2 ton pada 2016.Emas dipilih karena sifatnya yang stabil dan independen dari kebijakan moneter negara lain. Saat nilai mata uang atau saham anjlok, emas tetap bertahan sebagai aset berharga. Dengan demikian, China dapat melindungi kekayaan nasional mereka dari kerugian besar yang mungkin disebabkan oleh ketidakstabilan pasar global.Selain itu, pembelian ini juga menunjukkan kemampuan China dalam membaca situasi geopolitik dan meresponsnya dengan cepat. Langkah ini memberikan keuntungan tambahan bagi China dalam mempertahankan posisi mereka sebagai pemain utama di panggung ekonomi global.Tren Pembelian Emas di Tahun-Tahun Mendekati Pandemi 2019
Sebelum pandemi Covid-19 merebak pada awal 2020, China sudah mulai mempersiapkan diri dengan melakukan pembelian emas sebanyak 95,8 ton pada 2019. Meskipun saat itu belum ada indikasi pasti tentang dampak pandemi, China tampaknya sudah memprediksi potensi krisis global yang akan terjadi.Pembelian ini menjadi tindakan preventif yang cerdas. Ketika pandemi benar-benar meletus, banyak negara terpaksa mengambil langkah lockdown yang membuat aktivitas ekonomi lumpuh. Namun, China yang telah memperkuat cadangan emas mereka jauh sebelumnya, mampu menjaga stabilitas ekonomi dengan lebih baik dibandingkan negara-negara lain.Lebih dari sekadar antisipasi, pembelian ini juga mencerminkan visi strategis China dalam menghadapi ketidakpastian masa depan. Dengan memiliki cadangan emas yang cukup, mereka bisa memastikan bahwa nilai kekayaan nasional tetap terlindungi bahkan di tengah krisis besar.Kondisi Pasca-Pandemi dan Polikrisis 2022-2024: Menghadapi Inflasi dan Perang
Setelah pandemi, dunia dihadapkan pada serangkaian tantangan baru, termasuk inflasi tinggi, perang Rusia-Ukraina, dan bencana iklim. Tahun 2022 menjadi momen penting ketika China kembali memborong emas sebanyak 62,2 ton. Pada tahun berikutnya, mereka meningkatkan pembelian menjadi 224,9 ton, dan melanjutkannya pada 2024 dengan 44,2 ton.Inflasi yang melonjak akibat kenaikan harga energi dan pangan, serta kebijakan suku bunga yang agresif dari The Federal Reserve, membuat banyak negara menghadapi krisis biaya hidup. Di tengah kondisi ini, emas menjadi pelarian bagi investor dan bank sentral di seluruh dunia, termasuk China.Pembelian emas ini bukan hanya sebagai benteng terhadap inflasi, tetapi juga sebagai instrumen untuk menjaga daya saing ekonomi China di panggung internasional. Dengan cadangan emas yang kuat, China dapat mempertahankan posisi mereka sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.Melalui langkah-langkah strategis ini, China menunjukkan bahwa emas masih menjadi aset yang relevan dan penting dalam sistem finansial modern. Bahkan di era digital, emas tetap menjadi simbol kepercayaan dan stabilitas.