Pengabdian terhadap negara tidak hanya dibatasi oleh seragam militer. Sejumlah mantan jenderal TNI telah memilih jalur politik sebagai cara untuk melanjutkan kontribusi mereka kepada bangsa Indonesia. Dalam sejarah politik nasional, setidaknya ada empat mantan jenderal yang mendirikan partai politik. Mereka memiliki latar belakang pengabdian di institusi militer dan kemudian beralih ke dunia politik dengan tujuan menjaga stabilitas dan nilai-nilai kebangsaan. Salah satu figur yang mencuat adalah Susilo Bambang Yudhoyono, yang berhasil menjadi Presiden RI selama dua periode. Berikut ini adalah cerita perjalanan para purnawirawan dalam mengembangkan partai politik mereka.
Dalam sejarah politik Indonesia, Edi Sudrajat menjadi salah satu tokoh penting yang memulai langkah politik pasca-pensiun dari militer. Pada masa jabatannya sebagai Panglima ABRI pada tahun 1993, Edi dikenal sebagai sosok pemimpin yang kuat. Setelah pensiun, ia aktif di Partai Golkar hingga akhirnya ikut serta dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Juli 1998. Meskipun gagal memenangkan kursi Ketua Umum Golkar, ia tetap menunjukkan semangat kepemimpinan dengan mendirikan Gerakan Keadilan dan Persatuan Bangsa (GKPB), yang kemudian berkembang menjadi Partai Keadilan dan Persatuan (PKP). Edi dipercaya sebagai Ketua Umum pertama dari partai tersebut, menunjukkan komitmennya untuk melanjutkan perjuangan nasionalisme.
Mandiri dan berpengalaman, Wiranto juga menjadi salah satu nama besar dalam dunia politik pasca-militer. Ia sempat meraih posisi strategis sebagai Panglima TNI sebelum memutuskan untuk pensiun. Jalur politiknya dimulai dengan bergabung di Partai Golkar, di mana ia bahkan diusung sebagai calon presiden pada pemilihan umum tahun 2004. Meski kalah dalam putaran pertama, Wiranto tidak menyerah. Pada November 2006, ia bersama sejumlah tokoh lain mendirikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), sebuah partai yang bertujuan mewujudkan demokrasi inklusif dan keadilan sosial.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan contoh nyata bagaimana karier militer dapat menjadi fondasi kuat untuk memasuki dunia politik. SBY menjabat sebagai Presiden Indonesia selama dua periode, yakni dari 2004 hingga 2014. Sebelum itu, ia memiliki rekam jejak gemilang di bidang militer, termasuk menempati berbagai posisi strategis di TNI. Setelah pensiun, SBY mendirikan Partai Demokrat, yang menjadi kendaraan politiknya untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Keberhasilannya membuktikan bahwa pengalaman militer dapat dikombinasikan dengan visi politik untuk menciptakan perubahan nyata bagi bangsa.
Perjalanan para mantan jenderal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara militer dan politik di Indonesia. Melalui pendirian partai-partai politik, mereka tidak hanya melanjutkan pengabdian mereka kepada negara tetapi juga berusaha merealisasikan nilai-nilai kebangsaan yang telah mereka junjung tinggi selama bertugas di TNI. Upaya ini membuktikan bahwa kepemimpinan tidak hanya terbatas pada medan perang, tetapi juga dapat ditempa dalam arena demokrasi.