Pasar
Fenomena Penjualan Saham di Bulan Mei: Apakah Ini Kesempatan atau Ancaman?
2025-05-05

Setiap tahun, para pelaku pasar modal sering menghadapi pola unik yang dikenal sebagai Sell in May and Go Away. Pola ini berakar dari tradisi lama di Inggris, di mana masyarakat elit meninggalkan ibu kota untuk menikmati musim panas dan kembali pada pertengahan September. Kebiasaan tersebut ternyata mempengaruhi aktivitas perdagangan saham di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia.

Bulan Mei dianggap sebagai awal dari periode volatilitas pasar. Di Indonesia sendiri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menunjukkan tren penurunan selama bulan-bulan ini dalam dekade terakhir. Sebagai contoh, sepanjang April 2025, IHSG mencatatkan kenaikan signifikan hingga 3,93%, tetapi potensi koreksi menjadi perhatian utama saat memasuki Mei. Dalam konteks historis, IHSG hanya menguat dua kali dalam sepuluh tahun terakhir selama bulan Mei, yaitu pada tahun 2015 dan 2020.

Investor pemula sering bertanya apakah fenomena ini benar-benar fakta atau sekadar mitos. Menurut Michael Setjoadi dari PT RHB Sekuritas Indonesia, hasil investasi sangat bergantung pada strategi individu. Bagi investor jangka pendek, timing adalah faktor krusial. Namun, bagi mereka yang memiliki pandangan jangka panjang, siklus seperti ini mungkin kurang relevan karena fokus utama adalah pada fundamental perusahaan daripada fluktuasi harian harga saham.

Pasar saham memiliki dinamika tersendiri yang dapat memberikan peluang maupun tantangan. Fenomena Sell in May and Go Away bukan hanya tentang kekhawatiran akan penurunan, tetapi juga tentang bagaimana investor bisa memanfaatkannya dengan bijaksana. Dengan analisis yang tepat dan pemahaman mendalam tentang karakteristik pasar, setiap individu dapat menemukan cara untuk menjadikan situasi ini sebagai kesempatan untuk berkembang. Sikap proaktif dan edukasi finansial yang baik akan membantu melahirkan generasi investor yang lebih tangguh dan cerdas di masa depan.

more stories
See more