Pada pertengahan pekan ini, pasar keuangan Indonesia mengalami penurunan signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di bawah level 6.794 dengan penurunan sebesar 1,14%. Selain itu, nilai tukar Rupiah juga anjlok hingga mencapai Rp16.330 per Dolar AS. Situasi ini muncul setelah Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga di angka 5,57%. Para analis finansial memberikan pandangan mereka terkait fluktuasi pasar ini.
Pada hari Rabu, 19 Februari 2025, dalam program Closing Bell di CNBC Indonesia, Maria Katarina berdialog dengan Susi Setiawati, seorang Analis Ekuitas dari CNBC Indonesia Research. Pertemuan ini membahas dampak keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga. Diskusi ini mencoba menjelaskan alasan di balik penurunan IHSG dan Rupiah serta potensi pengaruhnya pada ekonomi nasional. Susi menyampaikan bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi meskipun ada tekanan global yang mempengaruhi performa pasar domestik.
Dari perspektif seorang jurnalis, situasi ini menunjukkan betapa pentingnya kebijakan moneter dalam mempengaruhi kondisi pasar. Meskipun fluktuasi pasar adalah hal yang wajar, keputusan seperti ini dapat membantu menjaga keseimbangan ekonomi. Bagi pembaca, informasi ini menjadi pelajaran penting tentang bagaimana kebijakan pemerintah dan bank sentral dapat berdampak langsung pada kehidupan ekonomi sehari-hari.