Perkembangan terbaru dalam konflik antara Rusia dan Ukraina menunjukkan upaya diplomasi yang dipertanyakan. Dalam sebuah pengumuman, pemimpin Rusia, Vladimir Putin, menyebutkan rencana untuk menghentikan operasi militer selama 30 jam sebagai bentuk gencatan senjata Paskah. Namun, langkah ini dianggap skeptis oleh pihak lain. Situasi tetap tegang karena keraguan akan komitmen nyata dari kedua belah pihak.
Pemikiran berbeda muncul dari Volodymyr Zelensky, kepala negara Ukraina, yang mempertanyakan keabsahan tindakan tersebut. Ia menegaskan bahwa meskipun Kyiv bersedia untuk menjaga keheningan sementara, mereka tetap waspada terhadap potensi pelanggaran oleh pasukan Rusia. Selain itu, pertempuran masih berlangsung di beberapa daerah seperti Kursk dan Belgorod, sekalipun ada laporan penurunan intensitas di wilayah tertentu. Zelensky juga menyoroti perlunya gencatan senjata lebih panjang, yaitu selama 30 hari tanpa syarat, agar perdamaian benar-benar bisa dirasakan.
Kesepakatan damai tidak hanya bergantung pada kata-kata, tetapi juga pada tindakan konkret. Pengamatan menunjukkan bahwa pernyataan Putin tentang gencatan senjata sering kali tidak sesuai dengan realitas di medan perang. Oleh karena itu, masyarakat internasional perlu mendukung langkah-langkah yang jelas dan transparan menuju perdamaian. Hanya dengan keberanian dan kesadaran kolektif, kita dapat membuka pintu bagi dialog yang bermakna dan menciptakan masa depan yang lebih damai serta stabil bagi semua pihak terlibat.