Pemuda yang kelak dikenal sebagai Gajah Mada, sebelum menjadi Mahapatih besar Kerajaan Majapahit, menjalani masa pembentukan karakter dan pengetahuan di sebuah tempat suci bernama Gunung Pawitra. Di sana, ia tinggal bersama kaum brahmana dan para rsi selama lebih dari satu dekade. Pengalaman ini membentuk fondasi pemikirannya mengenai agama, pemerintahan, serta strategi militer yang kemudian membawa kejayaan bagi kerajaan. Setelah menyelesaikan pendidikan spiritual tersebut, ia kembali ke keluarganya sebelum akhirnya memulai karier politiknya di lingkungan istana Majapahit.
Dalam tradisi Hindu-India, tahap pembelajaran yang dilakukan dengan cara hidup bersama kaum brahmana dikenal sebagai Brahmacarin. Pada usia muda, Gajah Mada dikirim oleh ayahnya, Gajah Pagon, untuk berguru kepada Kaum Brahma di Gunung Pawitra, yang kini dikenal sebagai Gunung Penanggungan. Tempat ini terkenal sebagai pusat ilmu rohani dan filsafat di Jawa pada zaman itu.
Berada di tengah-tengah kaum rsi yang menjalani kehidupan sederhana, Gajah Mada belajar berbagai aspek penting seperti ajaran agama, mitologi dewata, yoga, hingga ilmu pemerintahan dan strategi perang. Selama kurang lebih dua belas tahun, ia mendapatkan pengajaran yang sangat mendalam tentang makna kehidupan dan kepemimpinan. Kehidupan sederhana di antara mereka juga membentuk pola pikir mental dan jiwa yang kokoh dalam dirinya.
Ketika masa pembelajaran selesai, Gajah Mada kembali ke desa asalnya di Pandakan. Berdasarkan nasihat ayahnya, ia lalu berangkat ke Majapahit untuk mulai mengabdi di lingkungan istana. Hasil dari pembelajaran tersebut terlihat nyata ketika ia mencapai posisi tertinggi sebagai Mahapatih, di mana ia berhasil membawa Majapahit menuju kejayaan melalui Nusantara.
Dari perspektif seorang jurnalis atau pembaca, perjalanan Gajah Mada memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya pendidikan holistik yang menyelaraskan aspek spiritual, intelektual, dan fisik. Dengan fondasi kuat yang dibentuk selama masa Brahmacarin, Gajah Mada menjadi contoh bahwa kepemimpinan tidak hanya didasarkan pada kekuatan fisik, tetapi juga pada nilai-nilai moral, kebijaksanaan, dan visi besar. Inspirasi ini relevan bahkan hingga hari ini, di mana setiap individu dapat belajar dari dedikasi dan komitmennya terhadap pengembangan diri.