Banyak pihak menganggap pengusiran Sulaf Fawakherji oleh Serikat Seniman Suriah sebagai tindakan yang merefleksikan polarisasi politik negara tersebut. Berdasarkan Pasal 58 Undang-Undang No. 40, sindikat tersebut menyatakan bahwa sikap Fawakherji terhadap rezim Bashar Al Assad tidak sesuai dengan tujuan organisasi. Hal ini menunjukkan betapa erat hubungan antara seni dan politik di Suriah.
Selama bertahun-tahun, Fawakherji dikenal sebagai pendukung setia Al Assad, meskipun ia juga mengecam kekerasan dari semua pihak. Namun, kurangnya kecaman eksplisit terhadap tindakan rezim menjadi alasan utama pengusirannya. Keputusan ini memicu reaksi beragam di kalangan masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.
Setelah pengumuman pengusirannya, spekulasi mengenai keberadaan Fawakherji beredar luas di media sosial. Ada yang mengklaim bahwa ia melarikan diri ke Prancis untuk mencari suaka politik. Namun, Fawakherji sendiri membantah rumor tersebut melalui unggahan di platform X, mengungkapkan bahwa ia saat ini tinggal di Mesir.
Ia menjelaskan bahwa Mesir telah memberikan rasa aman dan kebebasan yang tidak ditemukan di tanah kelahirannya. "Mesir adalah tempat di mana saya merasa diterima dan dihargai," katanya. Pernyataan ini mencerminkan kompleksitas emosi seorang seniman yang harus meninggalkan negaranya karena pilihan politiknya.
Sebelum kontroversi politik ini, Sulaf Fawakherji telah membangun reputasi sebagai salah satu aktris paling berbakat di dunia hiburan Arab. Lahir di Latakia pada tahun 1977, ia mulai meniti karier di bidang seni rupa sebelum beralih ke teater dan akting. Debutnya di panggung melalui drama seperti Al Sawt (The Voice) membuktikan bakatnya sebagai penampil yang cemerlang.
Kesuksesan Fawakherji semakin meningkat dengan penampilannya dalam serial televisi dan film terkenal, termasuk Asmahan (2008), Cleopatra (2010), dan Another Rainy Day (2008). Selain berakting, ia juga aktif sebagai sutradara dan pembuat film, kontribusi yang membuatnya dihormati di seluruh dunia Arab.
Meskipun situasi saat ini tampak suram bagi Fawakherji, banyak pihak percaya bahwa pengalaman ini dapat menjadi titik balik dalam karier seniman tersebut. Film terbarunya, The BabyDoll Night, yang diproduksi di Mesir, menunjukkan komitmennya terhadap seni meskipun menghadapi tantangan besar. Film ini dianggap sebagai salah satu produksi paling ambisius di industri sinema Arab.
Di tengah ketegangan politik, Fawakherji tetap menjadi simbol kebangkitan seni Suriah. Ia membawa obor Olimpiade Musim Panas 2008 di Oman, sebuah prestasi yang mencerminkan dedikasinya terhadap nilai-nilai universal seperti perdamaian dan persatuan.