Generasi X, kelompok yang lahir antara tahun 1965 hingga 1980, sering kali tidak mendapatkan perhatian yang seimbang dibandingkan generasi lainnya. Meskipun kurang diperbincangkan di berbagai platform media, termasuk sosial media dan literatur populer, mereka ternyata menghadapi tantangan besar yang cukup unik. Sebuah survei global baru-baru ini menunjukkan bahwa kelompok ini adalah yang paling sedikit merasa bahagia, terutama saat mencapai usia paruh baya.

Situasi sulit menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya kepuasan hidup pada generasi ini. Mereka kerap dituntut untuk menjalankan tanggung jawab ganda, yaitu merawat anak-anak muda serta anggota keluarga lanjut usia. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, persentase pengeluaran mereka untuk perawatan keluarga lebih tinggi dibandingkan generasi lainnya. Selain itu, masa-masa kritis dalam karier mereka juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang lesu, seperti krisis finansial global tahun 2007-2009. Hal ini menyebabkan pertumbuhan pendapatan yang stagnan atau bahkan turun drastis di beberapa wilayah seperti Inggris dan Italia.

Ketidakmampuan mengumpulkan kekayaan signifikan menjadi salah satu isu penting bagi Generasi X. Saat generasi Baby Boomer menikmati peningkatan pesat di pasar saham global pada dekade 1980-an, Generasi X justru menghadapi situasi yang berbeda. Pasar modal pada awal 2000-an cenderung lesu, terutama setelah runtuhnya gelembung dotcom dan krisis keuangan. Dalam konteks ini, mereka kehilatan kesempatan emas untuk memperoleh manfaat dari tren positif pasar keuangan.

Meski menghadapi berbagai tantangan, Generasi X menunjukkan ketahanan luar biasa dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan beban ganda. Mereka membuktikan bahwa keberanian dan adaptasi terhadap perubahan adalah kunci untuk melalui masa-masa sulit. Semangat ini patut dijadikan teladan bagi generasi berikutnya, karena menunjukkan bahwa meskipun tantangan terlihat berat, solusi selalu bisa ditemukan melalui dedikasi dan upaya keras.