Penelitian terbaru membuka wawasan baru mengenai kaitan antara tanah air Indonesia dengan minuman surga yang disebutkan dalam kitab suci. Berdasarkan catatan sejarah, bahan ini memiliki hubungan erat dengan perdagangan internasional kuno. Sejak jaman dahulu, bahan alami bernama kamper telah menjadi bagian penting dalam budaya dan agama di berbagai belahan dunia. Ternyata, sumber utama komoditas langka ini adalah Pulau Sumatra.

Kamper telah dikenal luas sebagai bahan yang berasal dari daerah Fansur, yang kemudian diketahui merupakan wilayah di Aceh. Peneliti Prancis Nouha Stephan menunjukkan bahwa Fansur identik dengan daerah penghasil kamper di Pulau Sumatra. Bukti tambahan diperoleh dari penelitian arkeolog Edward Mc. Kinnon, yang menyoroti lokasi geografis Fansur di ujung barat Aceh. Selain itu, Claude Guillot dalam bukunya juga memfokuskan perhatian pada daerah Barus di Sumatra Utara sebagai pusat produksi kamper hingga abad ke-10 Masehi. Perdagangan ini tidak hanya melibatkan barang dagangan tetapi juga memperkuat interaksi budaya antara Timur Tengah dengan Nusantara.

Berkat perdagangan kamper, jalur komunikasi lintas budaya berkembang pesat. Sejarawan Jajat Burhanudin mencatat bahwa pelabuhan Barus menjadi salah satu titik sentral perdagangan dunia sejak zaman Romawi kuno. Hubungan dagang ini bahkan turut mempengaruhi proses Islamisasi di Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Dalam konteks modern, cerita tentang kamper menunjukkan betapa besar kontribusi Indonesia dalam sejarah peradaban manusia. Ini adalah pengingat bahwa nilai-nilai kebersamaan dan kerjasama lintas batas dapat menciptakan dampak positif bagi dunia.