Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperkenalkan langkah strategis untuk menangkal gejolak pasar modal domestik. Langkah ini diambil dengan mengizinkan perusahaan melakukan pembelian kembali saham atau buyback tanpa harus mengadakan rapat pemegang saham umum (RUPS). Sejak dikeluarkannya kebijakan ini pada 18 Maret 2025, sebanyak 16 emiten termasuk bank-bank besar telah memanfaatkannya sebagai upaya untuk meningkatkan harga saham mereka yang sedang lesu.
Perkembangan fundamental menjadi salah satu fokus utama dalam menjaga stabilitas pasar jangka panjang. Menurut Trioksa Siahaan dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), meskipun mekanisme buyback dapat memberikan dorongan sementara bagi harga saham, perbaikan fundamental tetap menjadi elemen penting. Hal ini mencakup penguatan kondisi bisnis secara keseluruhan serta respons terhadap dinamika ekonomi global dan lokal. Big bank milik negara seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI) tetap memilih jalur konvensional melalui RUPS sebelum menerapkan program buyback sesuai rencana awal mereka.
Sementara itu, beberapa lembaga keuangan lain seperti Bank Central Asia (BCA) dan Panin Bank memanfaatkan fasilitas buyback tanpa RUPS untuk periode tertentu. Meskipun demikian, analis dari Mirae Asset, Handiman Soetoyo, menyampaikan bahwa dampak langsung dari aksi buyback tersebut terhadap harga saham cenderung terbatas karena jumlahnya relatif kecil dibanding kapitalisasi pasar. Namun, peluang untuk mendapatkan saham di harga rendah tetap dianggap sebagai manfaat positif bagi institusi yang melakukan buyback.
Kebijakan baru ini tidak hanya mencerminkan kebutuhan mendesak untuk meredam ketidakpastian pasar, tetapi juga menunjukkan komitmen kuat dari industri perbankan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Melalui langkah-langkah proaktif seperti ini, para pelaku pasar berharap agar sentimen positif akan kembali menguat seiring dengan perkembangan lebih lanjut, seperti kemungkinan penurunan suku bunga dan arus masuk modal asing. Kondisi ini menunjukkan bahwa langkah-langkah inovatif dapat membantu membangun keyakinan investor dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.