Suara haru terdengar dari Salsabila, putri dari AKP Anumerta Lusiyanto, seorang polisi yang tewas dalam sebuah operasi penggerebekan di Way Kanan, Lampung. Kejadian ini memperlihatkan kisah tragis seorang anak yang kehilangan ayahnya dalam situasi yang sangat menyakitkan. Setelah satu tahun tanpa bertemu karena jarak yang memisahkan, pertemuan mereka berakhir tragis di ruang autopsi. Selain Lusiyanto, dua anggota lainnya juga gugur dalam insiden tersebut. Hasil autopsi mengungkap bahwa ketiganya ditembak dari arah depan, menunjukkan adanya potensi pelanggaran etika atau bahkan fitnah pasca-kejadian.
Dalam peristiwa yang terjadi pada bulan Maret 2024, Lusiyanto bersama rekan-rekannya melakukan penggerebekan terhadap lokasi ilegal judi sabung ayam. Namun, upaya tersebut berujung bencana saat Lusiyanto dan dua rekannya langsung menjadi sasaran tembakan begitu mereka mendekati lokasi. Menurut penuturan Salsabila, posisi ayahnya yang berada di garis depan membuatnya menjadi target utama. "Bapak saya paling depan, langsung ditembak," tuturnya dengan nada penuh emosi. Ia juga menegaskan keinginannya akan keadilan hukum, bukan hanya soal reputasi sang ayah tetapi juga demi mencegah tuduhan-tuduhan tidak benar yang mungkin timbul setelah kejadian.
Hasil autopsi yang dilakukan oleh tim medis di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Lampung membuktikan bahwa ketiga korban meninggal akibat luka tembak dari arah depan. Informasi ini disampaikan oleh Kasubbid Dokpol Biddokes Polda Lampung, AKBP drg Legowo Hamijoyo Sp.BM. Dalam proses autopsi yang berlangsung selama 10 jam, ditemukan bahwa proyektil peluru masih tertinggal di tubuh para korban. Misalnya, pada tubuh Lusiyanto, peluru ditemukan di rongga dada kirinya, sedangkan pada Aipda Petrus Apriyanto, peluru tertahan di tempurung kepala setelah menembus mata kirinya. Briptu M Ghalib pun mengalami nasib serupa dengan luka tembak di bagian mulut yang menyebabkan kerusakan fatal di tenggorokannya.
Berdasarkan hasil autopsi, dapat dipastikan bahwa tindakan yang dilakukan terhadap ketiga anggota Polres Way Kanan ini merupakan bentuk kekerasan langsung dari lawan yang mereka hadapi. Hal ini semakin memperkuat klaim Salsabila tentang pentingnya pencarian kebenaran dan keadilan bagi sang ayah serta kedua rekannya. Ia menegaskan bahwa uang atau materi apapun tidak akan menggantikan kehilangan yang dialaminya. Yang ia butuhkan adalah pengakuan atas keberanian dan dedikasi sang ayah sebagai seorang polisi.
Pernyataan Salsabila dan hasil autopsi resmi menjadi pijakan penting dalam mencari kebenaran di balik tragedi ini. Upaya pencarian keadilan hukum bagi keluarga korban terus berlanjut, dengan harapan agar nama baik para pahlawan ini tidak tersandera oleh tuduhan palsu. Melalui dukungan hukum dan penyelidikan lebih lanjut, diharapkan kebenaran akan terungkap sepenuhnya, memberikan rasa damai bagi keluarga yang ditinggalkan.