Pada Maret 2025, Henley Passport Index merilis daftar terbaru tentang paspor-paspor terkuat di dunia. Dalam peringkat tersebut, Singapura mempertahankan posisinya sebagai pemilik paspor paling kuat secara global. Negara ini menawarkan kemudahan akses ke lebih dari 190 destinasi tanpa visa. Sementara itu, Malaysia berada di urutan ke-11 dengan akses bebas visa ke lebih dari 180 negara. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat ke-64 secara global, dengan hak bebas visa untuk mengunjungi 73 tujuan internasional.

Sebagai salah satu faktor penentu mobilitas internasional, kekuatan paspor menjadi indikator penting dalam mengevaluasi hubungan diplomatik antarnegara. Singapura, yang menduduki peringkat pertama, memiliki kemampuan unggul dalam memberikan akses kepada warganya ke sebagian besar negara di dunia tanpa harus melalui proses pengajuan visa yang panjang. Hal ini mencerminkan reputasi dan pengaruh positifnya di kancah internasional.

Selain Singapura, Malaysia juga menunjukkan performa cemerlang dalam hal mobilitas lintas batas. Berdasarkan data dari International Air Transport Association (IATA), Malaysia berhasil memberikan hak bebas visa atau visa on arrival ke hampir 181 destinasi. Prestasi ini menempatkannya sebagai salah satu negara dengan paspor kuat di wilayah Asia Tenggara.

Di sisi lain, Indonesia masih tertinggal cukup jauh dibandingkan tetangga-tetangganya seperti Thailand dan Brunei. Meskipun demikian, upaya diplomasi dan kerja sama internasional dapat meningkatkan ranking paspor Indonesia di masa depan. Kebijakan bebas visa dan visa on arrival menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi naik turunnya peringkat sebuah paspor.

Henley Passport Index secara berkala melakukan evaluasi atas dasar informasi terbaru mengenai kebijakan visa di seluruh dunia. Dengan pembaruan ini, setiap negara diberi kesempatan untuk memperbaiki posisi mereka melalui peningkatan hubungan diplomatik serta implementasi kebijakan bebas visa yang lebih luas.

Daftar lengkap peringkat paspor di Asia Tenggara menunjukkan variasi signifikan dalam kemudahan perjalanan internasional. Mulai dari Singapura yang memimpin hingga Laos dan Myanmar yang berada di posisi bawah, gambaran ini menggambarkan bagaimana masing-masing negara menjalin hubungan luar negeri dan memfasilitasi mobilitas penduduknya. Mobilitas internasional tidak hanya mempengaruhi pariwisata, tetapi juga bisnis dan pendidikan lintas batas.