Pemahaman tentang ateisme dan pengaruhnya terhadap berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi telah menjadi topik yang menarik perhatian para peneliti. Penelitian dari Universitas Bristol mengungkap bahwa sekularisasi memiliki andil besar dalam pertumbuhan ekonomi global, khususnya pada era 1990-an. Di sisi lain, Mississippi State University and West Virginia University menemukan korelasi positif antara populasi ateis dan agnostik dengan aktivitas kewirausahaan produktif. Dengan berkembangnya pola hidup modern, semakin banyak orang memilih fokus pada bisnis dibandingkan praktik keagamaan.
Dalam sejarah panjang manusia, agama telah menjadi bagian integral dari kebudayaan hingga sekitar 150 ribu tahun lalu, ketika Neanderthal mulai menguburkan jenazah mereka sebagai bentuk keyakinan spiritual awal. Namun, seiring waktu, pandangan ateis—yang menolak keberadaan entitas ilahi—telah tumbuh pesat, terutama di negara-negara maju. Penelitian menunjukkan bahwa sekularisasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Misalnya, studi dari Universitas Bristol menyebut kontribusi sekularisasi mencapai 40% pada pertumbuhan ekonomi global pada 1990-an. Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa populasi ateis dan agnostik memiliki hubungan yang signifikan dengan skor kewirausahaan produktif suatu negara.
Berdasarkan data Pew Research Center’s Religious Composition by Country tahun 2022, beberapa negara dengan tingkat ateisme tertinggi termasuk Republik Ceko (78,4%), Korea Utara (71,3%), Estonia (60,2%), dan Jepang (60%). Negara-negara ini menunjukkan tren meninggalkan praktik keagamaan tradisional demi prioritas baru seperti pengembangan bisnis dan inovasi teknologi.
Dari perspektif seorang jurnalis, fenomena ini memberikan pelajaran penting tentang evolusi nilai-nilai sosial dalam konteks globalisasi. Meningkatnya jumlah ateis tidak hanya mencerminkan perubahan pola pikir individu, tetapi juga indikasi adanya transformasi struktural dalam sistem ekonomi dan budaya. Ini menunjukkan bahwa masyarakat modern semakin memprioritaskan rasionalitas dan pencapaian material sebagai fondasi utama kehidupan mereka. Sebagai pembaca, kita diajak untuk merenungkan bagaimana harmoni antara nilai-nilai tradisional dan kemajuan modern dapat diraih tanpa mengorbankan satu sama lain.