Minat global terhadap matcha telah menciptakan tantangan signifikan bagi industri teh hijau khas Jepang ini. Popularitas matcha yang semakin meningkat berkat promosi melalui media sosial telah memicu permintaan yang melampaui pasokan. Para pengamat menyebutkan bahwa pertumbuhan pasar matcha diperkirakan akan hampir dua kali lipat pada tahun 2028, yang menunjukkan bahwa kelangkaan produk ini mungkin menjadi fenomena umum di masa depan.

Tingginya permintaan matcha tidak hanya dipengaruhi oleh konsumen domestik tetapi juga oleh pasar internasional. Data dari Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang mengungkapkan bahwa produksi matcha telah meningkat tiga kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir, namun masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar. Fumi Ueki dari perusahaan teh terbesar di Jepang, Ito En, menjelaskan bahwa ekspor matcha mencapai rekor tertinggi tahun lalu. Selain itu, siklus panen teh yang hanya berlangsung dari akhir April hingga awal Juni turut membatasi jumlah produksi matcha secara keseluruhan.

Pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan matcha. Salah satu solusi yang diusulkan adalah memberikan subsidi kepada petani teh agar beralih dari produksi sencha ke tencha, jenis teh dasar yang digiling menjadi bubuk matcha. Meskipun rencana ini tampaknya menjanjikan, efektivitasnya masih perlu dipantau. Fenomena ini menunjukkan bahwa inovasi dan adaptasi dalam sektor pertanian dapat membuka peluang baru, baik bagi produsen maupun konsumen di seluruh dunia.