Dalam konflik geopolitik antara India dan Pakistan, kedua negara tidak hanya menghadapi korban jiwa tetapi juga beban ekonomi yang signifikan. Data historis menunjukkan bahwa potensi perang antara keduanya dapat menyebabkan pengeluaran besar-besaran. Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana anggaran pertahanan dan kapasitas keuangan masing-masing negara mencerminkan kesenjangan yang semakin lebar.
Di tengah ketegangan militer, India telah membuktikan keunggulannya dalam hal sumber daya finansial. Sebagai contoh, pada tahun 1990, sebuah perang dengan durasi 1.000 jam diperkirakan membebani India sekitar ₹27.000 crore. Jika disesuaikan dengan inflasi saat ini, biaya tersebut bisa mencapai lebih dari USD30 miliar atau setara Rp480 triliun. Pada periode 2002–2003, India harus mengeluarkan hingga ₹14,6 miliar per hari untuk mendukung operasi militer, sedangkan Pakistan hanya mampu mengalokasikan ₹3,7 miliar per hari.
Saat ini, anggaran pertahanan India untuk tahun fiskal 2024–2025 mencapai ₹6,21 lakh crore atau sekitar USD75 miliar (Rp1.200 triliun). Cadangan devisa India juga sangat kuat, mencapai USD686,15 miliar (Rp10.978 triliun) pada April 2025. Di sisi lain, Pakistan memiliki anggaran pertahanan yang jauh lebih kecil, yaitu ₹2.122 miliar atau sekitar USD7,64 miliar (Rp122 triliun). Cadangan devisa Pakistan hanya sekitar USD16,02 miliar (Rp256 triliun), dengan sebagian besar dikuasai oleh Bank Sentral Pakistan.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa India lebih siap secara finansial untuk menghadapi konflik berkepanjangan dibandingkan dengan Pakistan. Namun, tantangan yang dihadapi Pakistan menyoroti pentingnya diplomasi sebagai solusi alternatif untuk mencegah kerugian besar bagi kedua belah pihak.
Menurut laporan terbaru, situasi ini semakin menunjukkan urgensi untuk menjaga stabilitas regional melalui dialog damai.
Dari perspektif jurnalis, informasi ini memberikan pelajaran penting tentang dampak ekonomi dari konflik militer. Pengeluaran besar-besaran untuk pertahanan dapat mengalihkan sumber daya dari sektor-sektor vital seperti pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu, diplomasi dan upaya perdamaian menjadi langkah strategis untuk menghindari kerugian yang lebih luas bagi kedua negara serta masyarakat global secara keseluruhan. Solusi damai bukan hanya soal menghemat uang, tetapi juga tentang investasi dalam masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.