Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier menjadi sorotan, terutama dengan kehadiran kain batik bernama Denyut Semesta. Kain ini memiliki makna mendalam karena proses pembuatannya yang panjang dan melibatkan banyak pihak. Dengan menggunakan teknik pewarnaan tradisional serta simbol-simbol spiritual, kain ini menggabungkan nilai-nilai budaya Indonesia dan pesan pribadi dari kedua mempelai. Selain itu, kain ini juga mencerminkan rasa hormat mereka kepada orangtua yang telah berpulang.
Proses pembuatan kain ini dilakukan oleh ribuan tangan ahli, melibatkan bahan alami hingga simbol spiritual. Asri Welas, sebagai desainer, menambahkan sentuhan personal sesuai permintaan Luna Maya, termasuk lukisan wajah orangtuanya di atas kain tersebut.
Melalui kolaborasi besar, kain Denyut Semesta lahir sebagai hasil kerja sama antara ratusan pekerja seni dan pengrajin lokal. Prosesnya dimulai dari penenunan benang kapas hingga pewarnaan menggunakan teknik tradisional. Desain unik ini menggabungkan 11 warna khas suku Dayak Kalimantan, memberikan kesan estetika budaya yang kuat.
Berawal dari visi Asri Welas, kain ini diciptakan untuk merayakan keindahan warisan nusantara. Proses pembuatannya sangat teliti, mulai dari pemilihan serat alami hingga aplikasi teknik pewarnaan khusus seperti "Ba" dan "Tik". Teknik ini melibatkan cara memeras, menyemprotkan, dan menggores pola pada kain, sehingga setiap detail memiliki makna tersendiri. Lebih dari sekadar tekstil, kain ini menjadi medium ekspresi artistik yang menghubungkan nilai-nilai budaya modern dengan tradisi kuno.
Selain aspek estetika, kain ini juga dipenuhi oleh elemen-elemen pribadi yang penting bagi Luna Maya dan Maxime Bouttier. Melalui desainnya, Asri Welas mewujudkan harapan Luna akan keluarga yang harmonis dan masa depan yang cerah. Simbol-simbol seperti Sidomukti, Cipta Kasih, dan Naik Drajat dihadirkan untuk mendukung doa-doa positif.
Luna Maya turut meminta agar wajah ayahnya yang telah meninggal dapat digambar di atas kain ini. Hal serupa juga dilakukan oleh Maxime, yang mengabadikan potret ibunya dalam bentuk lukisan. Keputusan ini mencerminkan keinginan mereka untuk menjaga hubungan emosional dengan keluarga meskipun fisiknya tidak hadir. Asri Welas menyampaikan bahwa momen pernikahan menjadi lebih bermakna ketika keduanya menggunakan kain ini selama prosesi melukat sebelum akad nikah. Baginya, karya ini adalah bukti nyata tentang bagaimana seni dapat menjadi jembatan antara dunia nyata dan spiritualitas manusia.