Perseteruan panjang antara India dan Pakistan kembali memanas akibat serangkaian insiden militer yang membawa kedua negara ke ambang konflik besar. Pada awal Mei 2025, Pakistan mengumumkan telah menyerang beberapa pangkalan militer India sebagai balasan atas klaim peluncuran rudal oleh India terhadap tiga pangkalan Pakistan. Ketegangan ini dimulai sejak serangan mematikan di wilayah Kashmir pada April, yang menewaskan puluhan orang. Meskipun India menuduh Pakistan terlibat dalam serangan tersebut, Islamabad menyangkal segala keterlibatan. Kondisi diplomatik cepat berubah menjadi pertarungan militer udara, dengan potensi eskalasi menjadi perang nuklir.
Di tengah musim semi yang penuh ketidakpastian, wilayah Kashmir kembali menjadi pusat perhatian global. Serangan kelompok bersenjata di Pahalgam pada 22 April 2025 memicu reaksi keras dari New Delhi, yang langsung menyalahkan Pakistan. Tindakan retorika dan diplomasi agresif dari kedua belah pihak semakin memperburuk situasi. Pada Sabtu pagi tanggal 10 Mei 2025, Pakistan melancarkan serangan balasan terhadap pangkalan militer India setelah mengklaim menjadi sasaran rudal India.
Situasi ini menciptakan ancaman serius bagi dunia internasional. Sebagai dua negara yang memiliki senjata nuklir, kemungkinan penggunaan senjata pemusnah massal tidak dapat lagi diabaikan. Para ahli keamanan global seperti Dan Smith dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyatakan bahwa meskipun penggunaan senjata nuklir sangat tidak mungkin, risiko tetap ada dan dapat berdampak fatal bagi lebih dari 1,6 miliar penduduk regional serta seluruh dunia.
Dalam konteks ini, persenjataan nuklir kedua negara menjadi fokus utama analisis strategis. Kapan dan bagaimana mereka akan menggunakan senjata tersebut tetap menjadi spekulasi, namun ancaman itu nyata.
Sejarah panjang permusuhan antara India dan Pakistan, terutama terkait wilayah Kashmir, terus menjadi faktor penyebab ketegangan. Dengan meningkatnya intensitas serangan balasan dan provokasi militer, resiko eskalasi menjadi semakin nyata.
Wilayah Asia Selatan kini berada di garis depan geopolitik global, di mana setiap langkah salah dapat memicu bencana besar.
Perang habis-habisan antara dua negara bersenjata nuklir adalah skenario terburuk yang harus dihindari. Keputusan bijaksana dari para pemimpin kedua negara diperlukan untuk menjaga perdamaian regional dan global. Pelajaran penting yang bisa dipetik dari situasi ini adalah pentingnya dialog damai dan pengelolaan konflik secara efektif untuk mencegah tragedi yang lebih besar.