Pengaruh media sosial dan transformasi budaya konsumsi telah mempercepat munculnya kecanduan terhadap barang-barang mewah. Klinik Paracelsus Recovery di Zurich mengungkap istilah baru, "opulomania," untuk menggambarkan fenomena ini. Jan Gerber, pendiri klinik tersebut, menjelaskan bahwa kecanduan ini bukan hanya soal benda material, tetapi mencerminkan mekanisme emosional yang tidak terkendali. Selama dua dekade terakhir, industri kemewahan berkembang pesat sebagai simbol pencapaian dan validasi pribadi.
Masyarakat modern semakin menggunakan merek-merek eksklusif untuk mengisi rasa kosong internal, sekaligus menunjukkan status sosial. Industri seperti LVMH mencatat pertumbuhan luar biasa hingga lebih dari 500 persen dalam dua dekade terakhir. Hal ini menunjukkan pergeseran signifikan dari konsep kemewahan sebagai sesuatu yang langka menjadi aspirasi yang dipasarkan secara luas.
Dalam era digital, pola konsumsi masyarakat telah berubah drastis. Media sosial dan akses global terhadap merek-merek ternama membuat batas antara pemanjaan diri yang sehat dan kompulsi psikologis menjadi kabur. Orang dewasa muda, pengusaha sukses, bahkan pewaris bisnis keluarga mulai melibatkan diri dalam pengejaran gaya hidup kemewahan yang konstan. Aktivitas ini sering kali dilakukan sebagai bentuk pelarian dari tekanan emosional atau rasa kosong internal.
Menurut analisis Jan Gerber, banyak individu yang datang dengan masalah trauma, depresi, atau kelelahan akhirnya menunjukkan tanda-tanda ketergantungan pada barang mewah sebagai alat ukur harga diri. Klien-klien ini tidak hanya tertarik pada objek material seperti tas desainer atau kapal pesiar, tetapi juga pada aktivitas lain seperti terapi belanja berlebihan, koleksi kendaraan mewah, atau prosedur kosmetik mahal. Semua ini digunakan untuk mengisi kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Kecanduan ini justru menciptakan siklus negatif, di mana konsumsi berlebihan malah memperburuk kondisi mental.
Industri kemewahan telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir, mencerminkan perubahan mendalam dalam persepsi masyarakat terhadap nilai-nilai material. LVMH, salah satu pemain utama di sektor ini, mencatat lonjakan pendapatan dari lebih dari $15 miliar pada tahun 2005 menjadi lebih dari USD97,4 miliar pada tahun 2023. Peningkatan ini bukan hanya cerita tentang kesuksesan finansial, tetapi juga tentang bagaimana kemewahan telah menjadi simbol pencapaian yang diidam-idamkan oleh banyak orang.
Menurut Jan Gerber, identitas merek kini menjadi sumber validasi pribadi yang kuat bagi konsumen. Kemewahan yang dulunya dianggap sebagai sesuatu yang jarang dan eksklusif kini telah bertransformasi menjadi aspirasi gaya hidup yang konstan. Sistem dopamin otak, yang bertugas memotivasi perilaku manusia untuk bertahan hidup, kini dimanfaatkan oleh antisipasi akan kepemilikan barang-barang mewah. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana konsumsi berlebihan menjadi cara untuk mencari pelarian emosional. Fenomena ini menunjukkan bahwa dunia sedang mengalami pergeseran budaya yang mendalam dalam hal konsumsi dan pencitraan diri.