Sebuah peristiwa baru-baru ini melibatkan mantan anggota kerajaan Inggris, Meghan Markle, yang kembali memicu kontroversi. Seorang pejabat dari Ukraina secara resmi menyebut nama Meghan dengan gelar kehormatan "Her Royal Highness" dalam sebuah pesan terima kasih atas kontribusi kemanusiaannya. Meskipun gelar Duke dan Duchess of Sussex masih dimiliki oleh pasangan tersebut, penggunaan gelar HRH telah dihentikan sejak mereka mundur dari peran kerajaan senior pada tahun 2020. Reaksi keras langsung muncul dari lingkungan Istana Buckingham, yang menegaskan bahwa penggunaan gelar itu merupakan pelanggaran kesepakatan sebelumnya.
Dalam suasana politik internasional yang penuh dinamika, insiden ini berawal dari sebuah pernyataan resmi oleh seorang menteri Ukraina. Dalam komunikasi tersebut, Meghan diberi penghormatan dengan menyebut gelar HRH, meskipun hal ini tidak lagi sesuai dengan statusnya saat ini. Keputusan ini mengejutkan keluarga kerajaan Inggris, yang menganggap tindakan tersebut sebagai langkah yang tidak pantas.
Sejarah mundurnya Meghan dan Pangeran Harry dari tanggung jawab kerajaan pada tahun 2020 menjadi latar belakang utama ketegangan ini. Saat itu, istana secara resmi menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi menggunakan gelar HRH atau mewakili raja dalam kapasitas resmi apa pun. Namun, penggunaan gelar tersebut dalam komunikasi resmi tetap memicu spekulasi tentang niat pasangan tersebut untuk tetap memanfaatkan hubungan mereka dengan institusi kerajaan.
Sementara itu, sumber dekat Raja Charles III menyatakan bahwa setiap upaya untuk menggunakan gelar HRH tanpa izin adalah pelanggaran serius. Situasi ini juga memperkuat pandangan bahwa Meghan dan Harry mungkin mencoba mempertahankan citra mereka dengan cara yang tidak sepenuhnya disetujui oleh institusi kerajaan.
Dengan situasi ini, kekhawatiran semakin meningkat di kalangan internal kerajaan tentang bagaimana hubungan antara Sussex dan istana dapat dipertahankan di masa mendatang.
Dari perspektif seorang jurnalis, insiden ini menyoroti kompleksitas hubungan antara anggota kerajaan yang telah mundur dan institusi yang mereka tinggalkan. Penggunaan gelar HRH bukan hanya soal formalitas, tetapi juga mencerminkan loyalitas dan integritas terhadap perjanjian yang dibuat. Bagi pembaca, cerita ini memberikan gambaran tentang tantangan yang dihadapi oleh individu yang mencoba menemukan identitas baru setelah meninggalkan posisi penting dalam struktur sosial dan politik seperti kerajaan Inggris.