Sebuah perdebatan hangat antara mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, dan pemimpin ormas Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB), Hercules Rosario de Marshal, menjadi sorotan publik. Hercules sebelumnya mengecam Jenderal Try Sutiyoso terkait dukungan revisi UU Ormas, yang dianggap mengancam eksistensi organisasi masyarakat. Respons keras dari Gatot Nurmantyo muncul setelah Hercules menyindir purnawirawan jenderal tersebut dengan nada tidak hormat. Situasi ini memicu serangkaian pernyataan tajam dari kedua belah pihak.
Perselisihan dimulai ketika Hercules Rosario de Marshal, Ketua Umum GRIB, menyerukan agar para purnawirawan militer tidak ikut campur dalam urusan organisasi masyarakat. Pernyataan ini disampaikan sebagai tanggapan terhadap dukungan Try Sutiyoso terhadap rencana revisi UU Ormas. Menurut Hercules, sikap tersebut dianggap melukai harga diri kelompok-kelompok sosial. Namun, respons langsung datang dari Jenderal Gatot Nurmantyo, yang menilai sikap Hercules tidak pantas untuk ditujukan kepada veteran militer seperti Sutiyoso.
Gatot Nurmantyo, tokoh militer berpengaruh yang menjabat sebagai Panglima TNI pada periode 2015-2017, menyoroti perlunya penghormatan terhadap mereka yang telah memberikan kontribusi besar bagi negara. Dalam kritiknya, ia menyebut Hercules sebagai individu yang menggunakan seragam ormas secara tidak layak dan menantangnya untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar layak disebut pejuang rakyat. Pernyataan ini semakin memanas karena latar belakang cemerlang Gatot dalam dunia militer, termasuk posisi strategis yang pernah diemban.
Riwayat pendidikan Gatot juga menunjukkan dedikasi yang kuat dalam karier militernya. Ia lulus dari Akademi Militer pada tahun 1982 dan kemudian mendalami pelatihan khusus di Kopassus pada tahun 2015. Jejak karier ini menunjukkan komitmennya terhadap pembentukan karakter prajurit profesional dan kepemimpinan yang kokoh di institusi TNI AD.
Perdebatan ini mencerminkan dinamika kompleks antara figur militer senior dan aktivis sosial yang memiliki pandangan berbeda mengenai peran masing-masing dalam pembentukan kebijakan nasional. Meskipun kontroversi terus berkembang, penting bagi semua pihak untuk menjaga dialog yang produktif guna menjaga harmoni nasional. Selain itu, diskusi ini dapat memperkuat pengertian tentang pentingnya saling hormat di antara generasi penerus bangsa.