Pada perdagangan Rabu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan setelah beberapa hari sebelumnya menunjukkan tren positif. Meskipun investor asing masih mempertahankan sikap hati-hati, sentimen negatif akibat ketidakpastian global terutama perang dagang AS-China tetap menjadi faktor utama tekanan pasar. Selain itu, saham-saham unggulan dari berbagai sektor juga turut melemah.
Penyebab utama penurunan ini adalah performa buruk sektor utilitas, finansial, dan konsumer primer. Selain itu, keempat saham bank besar serta saham konglomerat yang signifikan berkontribusi pada pelemahan indeks utama. Investor asing tampak belum aktif dalam pembelian besar-besaran meski perekonomian domestik masih dipandang memiliki fundamental yang kuat.
Berbagai sektor menjadi penyumbang utama penurunan IHSG pada perdagangan Rabu. Sektor utilitas, finansial, dan konsumer primer mencatat penurunan tajam hingga 3,95%, -1,33%, dan -1,24% masing-masing. Selain itu, saham konglomerat dan emiten bank besar seperti BMRI, BBCA, BBNI, serta BBRI juga memberi dampak negatif yang cukup besar.
Terkait dengan sektor-sektor tersebut, sejumlah saham unggulan jadi sorotan. Contohnya, BREN milik Prajogo Pangestu turun sekitar 5,08%, menyumbang lebih dari 11 poin indeks penurunan IHSG. Keempat saham bank jumbo juga kompak menjadi beban utama. BMRI, misalnya, menyumbang penurunan hampir 7 poin indeks, sementara saham lain seperti BBCA, BBNI, dan BBRI turut andil dalam pelemahan. Selain itu, saham TLKM yang menyumbang 3,43 poin juga turut meredam performa pasar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor utilitas dan finansial menjadi dua elemen dominan dalam penurunan kali ini.
Selain faktor internal, sentimen negatif dari luar negeri juga turut memengaruhi kondisi pasar. Ketidakpastian global, terutama terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China, membuat para investor cenderung mengambil langkah hati-hati. Dalam satu minggu terakhir, nilai net foreign sell mencapai Rp 6,86 triliun, dengan transaksi harian mencatatkan jumlah yang sama. Para analis percaya bahwa meskipun ada potensi rebound, masuknya dana asing belum sepenuhnya mendukung tren positif pasar.
Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia menjelaskan bahwa investor asing saat ini hanya melakukan pembelian secara bertahap. Alasannya, mereka masih mengamati perkembangan situasi global dan sentimen pasar. Di sisi lain, Fanny Suherman dari BNI Sekuritas menambahkan bahwa investor sedang menanti laporan keuangan kuartal pertama dari beberapa emiten besar global, termasuk United Airlines dan Netflix. Sementara itu, kabar larangan pemerintah Tiongkok terhadap pengiriman pesawat baru dari Boeing menjadi salah satu pemicu pelemahan pasar saham internasional. Secara keseluruhan, kombinasi ketidakpastian global dan dinamika domestik memperbesar volatilitas pasar saham Indonesia.