Berita
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat Tajam
2025-03-25

Seiring berlanjutnya serangan militer Israel terhadap Jalur Gaza, lebih dari 124.000 warga Palestina terpaksa mengungsi dalam beberapa hari terakhir. Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyoroti bahwa keluarga-keluarga tersebut harus melarikan diri tanpa tempat berteduh dan keamanan yang memadai. Selain itu, ketersediaan makanan menjadi langka dengan harga yang semakin melonjak, menciptakan situasi bencana kemanusiaan yang mendesak.

Pekan lalu, konflik antara Israel dan Hamas meningkat setelah gencatan senjata runtuh, menyebabkan ratusan korban jiwa di kalangan warga sipil. Organisasi internasional seperti Save the Children melaporkan bahwa lebih dari 270 anak telah tewas dalam satu minggu saja. Sementara itu, otoritas Israel dituduh menargetkan pekerja bantuan dan fasilitas kemanusiaan, termasuk Palang Merah, yang disebut sebagai "salah identifikasi". Situasi ini memperburuk kondisi pengungsi serta pekerja kemanusiaan di wilayah tersebut.

Situasi Darurat Pengungsi di Jalur Gaza

Berbagai tantangan besar menghadang para pengungsi Palestina di Jalur Gaza. Lebih dari 124.000 warga Palestina terdampak oleh serangan udara Israel yang terus-menerus, memaksa mereka untuk melarikan diri dari rumah-rumah mereka. UNRWA mencatat bahwa banyak keluarga tidak memiliki tempat aman untuk berlindung, sementara kebutuhan dasar seperti makanan menjadi semakin sulit didapatkan. Harga-harga yang melambung tinggi menambah beban bagi mereka yang sudah kehilangan segalanya.

Situasi ini semakin memprihatinkan karena otoritas Israel menghentikan semua bentuk bantuan kepada penduduk lokal. Dengan pengeboman yang tak henti-hentinya, akses ke layanan dasar seperti air bersih dan perawatan medis juga sangat terbatas. UNRWA menegaskan bahwa skenario saat ini adalah bencana kemanusiaan yang membutuhkan solusi segera. Akhir dari blokade Israel dianggap sebagai langkah penting untuk meredakan penderitaan rakyat Gaza. Tidak hanya fisik, tetapi dampak psikologis dari konflik ini juga akan membekas selama bertahun-tahun.

Pengaruh Serangan Terhadap Anak-Anak dan Tenaga Kemanusiaan

Anak-anak di Gaza menjadi salah satu korban utama dari eskalasi konflik terbaru. Menurut laporan Save the Children, lebih dari 270 anak telah meninggal dunia dalam waktu satu minggu akibat serangan militer Israel. Ini merupakan hari-hari paling mematikan bagi anak-anak sejak perang dimulai pada Oktober 2023. Selain korban jiwa, banyak anak-anak yang kehilangan keluarga dan tempat tinggal mereka, membuat masa depan mereka semakin suram.

Tenaga kemanusiaan juga menjadi sasaran serangan langsung maupun tidak langsung oleh pasukan Israel. Sejak Oktober 2023, sekitar 280 pekerja PBB telah tewas dalam operasi militer Israel. Analis politik Mohamad Elmasry menjelaskan bahwa Israel menargetkan pekerja bantuan dan jurnalis dengan alasan yang kontroversial. Fasilitas Palang Merah bahkan diserang, meskipun pihak Israel menyebut insiden tersebut sebagai kesalahan identifikasi. Situasi ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem perlindungan internasional di tengah konflik yang berkepanjangan ini. Dunia internasional dipanggil untuk bertindak lebih proaktif demi melindungi hak asasi manusia di wilayah tersebut.

more stories
See more