Gaya Hidup
Menghapus Batasan: Perempuan di Industri Pertambangan dan Perjuangan Melawan Stereotip
2025-05-25
Di tengah dominasi tenaga kerja laki-laki, industri pertambangan kini mulai membuka peluang bagi perempuan untuk menunjukkan kemampuan mereka. Artikel ini mengupas bagaimana stereotip negatif yang sering muncul dapat diatasi melalui keyakinan diri dan persaingan sehat.

HANCURKAN STEREOTIP DENGAN KEMAMPUAN DAN KINERJA

Pandangan Negatif terhadap Tenaga Kerja Perempuan

Dalam dunia kerja, perempuan masih sering dihadapkan pada berbagai anggapan yang tidak adil. Salah satu contohnya adalah keyakinan bahwa perempuan kurang kompeten dalam memimpin tim atau membuat keputusan yang rasional. Anggapan lain menyebut bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan domestik ketimbang posisi strategis dalam sebuah organisasi.Melihat fenomena ini, Direktur Pengembangan Usaha INALUM, Melati Sarnita, menegaskan bahwa semua individu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. "Saya selalu fokus pada apa yang bisa saya lakukan daripada mendengarkan omongan orang lain," ujar Melati dalam diskusi Top Women Fest CNBC Indonesia 2025. Menurutnya, tempat kerja tidak membedakan gender, sehingga setiap orang harus memulai dari dasar yang sama tanpa rasa takut akan penilaian negatif.Pendekatan seperti ini menjadi penting karena banyak perempuan yang akhirnya merasa terbebani oleh ekspektasi masyarakat. Alih-alih membiarkan stereotip menghalangi langkah mereka, perempuan harus percaya bahwa kemampuan dan dedikasi adalah senjata utama dalam karier.

Tantangan Gender di Industri Pertambangan

Industri pertambangan sering kali dipandang sebagai ranah laki-laki karena sifat fisik yang keras dan lingkungan kerja yang menuntut. Namun, tren modern menunjukkan bahwa paradigma ini perlahan mulai berubah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa hingga Februari 2024, angkatan kerja wanita meningkat hingga 55,41%, naik sekitar 1% dibandingkan tahun sebelumnya.Kenaikan ini bukan hanya sekadar angka, tetapi juga mencerminkan semangat baru di kalangan perempuan untuk masuk ke bidang-bidang yang sebelumnya dianggap tabu. Dalam lima tahun terakhir, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan paling rendah terjadi pada tahun 2021, dengan persentase 54,03%. Meskipun begitu, angka ini tetap menunjukkan perkembangan signifikan yang patut diapresiasi.Melati Sarnita menjelaskan bahwa tantangan gender bukanlah halangan, tetapi justru sebuah motivasi untuk berkembang. "Stereotip memang ada, tapi itu harus kita kalahkan dengan cara kita sendiri," tegasnya. Dengan kata lain, perempuan harus proaktif dalam menunjukkan kemampuan mereka dan tidak ragu untuk bersaing secara sehat di lingkungan kerja.

Kesetaraan Kesempatan dan Persaingan yang Sehat

Konsep kesetaraan kesempatan menjadi inti dari transformasi di dunia kerja, terutama di industri yang masih didominasi oleh laki-laki. Setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki hak yang sama untuk maju dan berkembang berdasarkan prestasi mereka. Hal ini ditegaskan oleh Melati Sarnita, yang percaya bahwa semua orang memiliki peluang yang sama untuk bersaing.Dalam praktiknya, kesetaraan ini tidak hanya berlaku dalam proses rekrutmen tetapi juga dalam promosi dan pengambilan keputusan. Perusahaan-perusahaan modern semakin sadar akan pentingnya diversitas dan inklusivitas dalam tim mereka. Oleh karena itu, mereka cenderung mencari bakat tanpa memedulikan gender.Namun, tantangan nyata tetap ada. Banyak perempuan yang masih merasa perlu membuktikan diri lebih keras dibandingkan laki-laki. Ini bukan hanya soal kemampuan teknis tetapi juga tentang sikap mental dan ketahanan dalam menghadapi tekanan. Melalui pendekatan yang tepat, perempuan dapat menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mampu tetapi juga layak untuk diberi kesempatan yang sama.

Masa Depan yang Lebih Inklusif

Masa depan dunia kerja akan semakin inklusif jika semua pihak bersedia untuk menghapus batasan yang tidak perlu. Stereotip gender bukan lagi menjadi alasan untuk menahan potensi seseorang. Di era digital ini, perusahaan semakin menyadari bahwa keberagaman adalah kunci sukses dalam inovasi dan pertumbuhan.Perempuan di industri pertambangan, misalnya, telah membuktikan bahwa mereka mampu mengatasi tantangan fisik dan mental yang sama dengan laki-laki. Dengan dukungan dari atasan dan rekan kerja, mereka dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan saling menghargai. Langkah ini tidak hanya bermanfaat bagi individu tetapi juga bagi perusahaan secara keseluruhan.Untuk mencapai masa depan yang lebih inklusif, edukasi dan kesadaran menjadi elemen penting. Masyarakat harus belajar untuk menghargai kontribusi perempuan di segala bidang, termasuk industri yang sebelumnya dianggap eksklusif untuk laki-laki. Dengan demikian, dunia kerja akan menjadi tempat yang lebih adil dan berkesempatan bagi semua individu untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka.
more stories
See more