Indonesia turut berpartisipasi dalam ajang World Expo yang diselenggarakan di Osaka, Jepang, dengan tema "Designing Future Society for Our Lives". Acara ini dijadwalkan berlangsung dari bulan April hingga Oktober 2025 dan diperkirakan akan menarik sekitar 28 juta pengunjung internasional. Paviliun Indonesia menjadi sorotan dengan penampilan seni tradisional dan inovatifnya, termasuk Rolling Exhibition batik dari Liem Ping Wie. Acara ini juga mencakup pertunjukan busana, lokakarya pembuatan batik, serta Business Forum yang bertujuan untuk mempromosikan warisan budaya Indonesia sebagai bagian dari diplomasi lembut.
Dalam rangkaian acara ini, Batik Liem Ping Wie menghadirkan koleksi eksklusif yang merepresentasikan keindahan budaya lokal melalui motif-motif seperti Hokokai, Buketan, dan Pagi Sore. Motif-motif tersebut terinspirasi oleh bunga alami dan filosofi hidup yang kaya makna, seperti harmoni antara siang dan malam. Generasi kelima pemilik batik, Marcelina, menjelaskan bahwa kehadiran mereka bukan hanya soal bisnis tetapi juga upaya melestarikan identitas budaya Indonesia secara global.
Sebagai bagian dari strategi soft diplomacy, Liem Ping Wie juga menyelenggarakan Business Forum pada awal Mei 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya batik sebagai warisan budaya yang abadi. Pengunjung diberikan kesempatan untuk belajar langsung proses pembuatan batik melalui lokakarya interaktif. Hal ini memberikan wawasan mendalam tentang teknik tradisional yang masih dipertahankan hingga saat ini.
Paviliun Indonesia di bawah kepemimpinan Direktur Didik Darmanto menekankan pentingnya peran batik dalam membangun citra negara di kancah internasional. Menurutnya, setiap motif batik tidak hanya mencerminkan estetika visual, tetapi juga cerita panjang tentang nilai-nilai budaya yang harus dilestarikan.
Ajang World Expo Osaka 2025 menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memperkenalkan kekayaan budaya kepada dunia. Melalui kolaborasi seni tradisional dan modernitas, paviliun Indonesia berhasil membuktikan bahwa warisan budaya dapat menjadi jembatan komunikasi lintas negara. Keberhasilan ini menandakan langkah signifikan dalam memajukan hubungan diplomatik melalui seni dan budaya.