Di awal kuartal pertama tahun 2025, pasar saham Indonesia mencatat aliran dana keluar bersih yang signifikan. Namun, menjelang hari libur besar seperti Nyepi dan Idulfitri, investor asing menunjukkan aktivitas pembelian dengan nilai Rp623,46 miliar di berbagai sektor. Sektor perbankan menjadi favorit investor asing dengan BBRI dan BMRI sebagai penerima utama pembelian bersih. Meskipun IHSG menguat menjelang liburan, kekhawatiran global terkait tarif impor AS oleh Donald Trump mempengaruhi sentimen pasar. Para ahli memprediksi penurunan lebih dari 2% pada perdagangan setelah liburan, dengan sektor consumer goods dan ritel sebagai yang paling terdampak.
Dalam periode awal tahun 2025, pasar modal Tanah Air melalui momen dinamis yang dipengaruhi oleh faktor domestik maupun internasional. Pada akhir Maret 2025, meski IHSG mencatat kenaikan hingga 0,59% di level 6.510,62, pasar kembali dibuka dengan suasana waspada setelah libur panjang. Investor khawatir akan dampak pengumuman tarif impor baru oleh Amerika Serikat yang telah resmi diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada awal April.
Pada hari Selasa (8/5/2025), perdagangan saham di Indonesia dimulai dengan sentimen negatif. Indeks utama di Asia dan Amerika Serikat turut melemah sebagai respons atas kebijakan perdagangan global tersebut. Dalam situasi ini, para analis memperkirakan bahwa IHSG dapat merosot lebih dari 2%, dengan proyeksi jatuh ke rentang 6.300-an. Alexander Rahardjo dari Financial & Investment Advisor menyatakan bahwa ketegangan perdagangan antara Uni Eropa dan AS kemungkinan akan meningkatkan volatilitas pasar keuangan lokal.
Sementara itu, Raja Paian dari PT Mirae Asset Sekuritas juga memberikan pandangan serupa. Ia menyoroti bahwa sektor consumer goods dan ritel akan menjadi korban utama dari gejolak pasar. Martin Aditya dari PT Capital Asset Management menambahkan bahwa meskipun ada potensi koreksi dalam jangka pendek, prospek rebound tetap cerah. Hal ini didukung oleh valuasi pasar yang menarik serta dividen yield tinggi dari sektor perbankan.
Dari perspektif jangka panjang, pasar saham Indonesia masih menjanjikan peluang investasi yang menarik. Meskipun adanya ketidakpastian global, fundamental ekonomi nasional tetap kuat. Situasi ini mengajarkan pentingnya diversifikasi portofolio bagi investor untuk menghadapi volatilitas pasar. Selain itu, fokus pada sektor-sektor dengan pertumbuhan stabil seperti perbankan dapat menjadi strategi efektif dalam kondisi apapun.