Seorang investor legendaris asal Indonesia, Lo Kheng Hong, mengungkapkan pengalamannya yang penuh tantangan di dunia investasi. Meskipun dikenal sebagai salah satu investor tersukses di Tanah Air, ia juga pernah merasakan kegagalan besar, bahkan hampir bangkrut pada masa krisis moneter tahun 1998. Namun, melalui ketekunan dan strategi cerdas, ia berhasil bangkit kembali dan memperoleh keuntungan luar biasa. Selain itu, Lo Kheng Hong juga berbagi pengalaman sulitnya saat menahan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) meski harga saham tersebut sempat jatuh drastis hingga Rp 50.
Saat krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998, Lo Kheng Hong hampir kehilangan segalanya. Hartanya menyusut hingga hanya tinggal 15%, sementara sisanya lenyap akibat volatilitas pasar. Dalam kondisi genting tersebut, ia memutuskan untuk menginvestasikan seluruh hartanya yang tersisa ke dalam saham satu perusahaan saja, yaitu PT United Tractor Tbk (UNTR). Keputusan ini didasari oleh keyakinan kuat terhadap prospek bisnis perusahaan serta valuasi saham UNTR yang dinilai sangat rendah pada waktu itu. Harga saham UNTR saat itu hanya sekitar Rp 250 per lembar, tetapi laba usaha per saham mencapai Rp 7.800.
Lo Kheng Hong menjelaskan bahwa dengan modal yang minim, ia tidak memiliki banyak opsi untuk diversifikasi portofolio. Oleh karena itu, ia fokus sepenuhnya pada satu saham yang diyakini memiliki potensi besar untuk rebound. Meskipun awalnya perkembangan harga saham UNTR lambat, ia tetap teguh pada prinsip value investing-nya. Setelah enam tahun bertahan, ia akhirnya menjual saham UNTR pada tahun 2004 ketika harga saham telah melonjak menjadi Rp 15.000 per lembar. Keuntungan besar ini menjadi tonggak penting dalam karier investasi Lo Kheng Hong.
Berbicara tentang pengalaman lain, Lo Kheng Hong juga menceritakan masa-masa sulitnya saat berinvestasi di saham BUMI. Pada suatu titik, nilai saham BUMI anjlok hingga Rp 50 per lembar, membuat posisinya sangat rentan. Namun, alih-alih panik dan menjual saham dengan kerugian besar, ia malah memilih untuk membeli lebih banyak saham BUMI pada harga rendah tersebut. Sikap tenang dan strategis inilah yang membantunya melewati masa sulit tersebut. Akhirnya, setelah satu setengah tahun, ia berhasil menjual saham BUMI pada harga Rp 500 per lembar pada tahun 2017, memberikan keuntungan signifikan.
Kesuksesan Lo Kheng Hong bukan hanya hasil dari keberuntungan semata, tetapi juga disebabkan oleh pendekatan value investing yang konsisten. Ia selalu berusaha membeli saham dengan harga murah namun memiliki potensi pertumbuhan tinggi. Pengalaman gagalnya di masa lalu justru menjadi pelajaran berharga bagi dirinya sendiri dan para investor lainnya. Dia percaya bahwa kesulitan akan membawa peluang belajar yang tak ternilai.
Dengan sikap pantang menyerah dan pola pikir yang bijaksana, Lo Kheng Hong membuktikan bahwa setiap kegagalan bisa diubah menjadi langkah menuju keberhasilan. Bagi para calon investor, cerita hidupnya adalah inspirasi bahwa kunci sukses dalam investasi adalah kesabaran, pengetahuan mendalam, serta kemampuan untuk tetap tenang di tengah ketidakpastian pasar.