Pada hari Jumat, 27 Februari 2025, mata uang rupiah mengalami penurunan yang signifikan terhadap dolar Amerika Serikat. Penyebab utamanya adalah kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump. Hal ini memicu kekhawatiran pasar dan menambah ketidakpastian ekonomi global. Situasi ini menciptakan dampak negatif pada nilai tukar rupiah, yang mencapai titik terendahnya sejak Maret 2020.
Pada pagi hari Jumat, 27 Februari 2025, rupiah dibuka dengan pelemahan hingga 0,46% mencapai Rp16.520 per dolar AS. Ini merupakan posisi terburuk dalam lima tahun terakhir. Indeks dolar AS (DXY) juga menguat menjadi 107,29 pada pukul 08:54 WIB, naik dari posisi sebelumnya di 107,24.
Kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh Trump menargetkan beberapa negara termasuk Meksiko, Kanada, dan China. Tarif tersebut akan berlaku mulai awal pekan depan, dengan persentase 25% untuk Meksiko dan Kanada serta 10% untuk China. Keputusan ini menegaskan kembali pendekatan proteksionisme ekonomi yang telah menjadi ciri khas administrasi Trump.
Sebelumnya, tarif ini sempat ditangguhkan selama sebulan pada 3 Februari 2025, namun Trump memastikan melalui unggahan di Truth Social bahwa tarif akan tetap berjalan sesuai jadwal. Alasan utamanya adalah tingkat perdagangan narkotika ilegal yang masih sangat tinggi dari kedua negara tersebut ke AS, meskipun ada janji untuk meningkatkan pengawasan perbatasan.
Dengan situasi ini, para analis menyatakan bahwa kebijakan tarif ini dapat menambah tekanan pada pasar global dan memperkuat fluktuasi nilai mata uang. Hal ini juga menunjukkan pentingnya stabilitas politik dan ekonomi antar negara untuk menjaga keseimbangan perdagangan internasional.
Berita ini memberikan pelajaran penting bagi kita semua. Ketidakpastian kebijakan ekonomi global dapat memiliki dampak langsung pada mata uang nasional. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pelaku pasar untuk selalu waspada dan siap mengantisipasi setiap perubahan yang mungkin terjadi. Stabilitas ekonomi dan perdagangan yang kuat akan membantu mengurangi risiko dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih sehat.