Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif menjelang peresmian Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Pasar saham Indonesia mengalami penurunan tipis, namun sektor teknologi dan transportasi tetap menunjukkan performa positif. Di sisi lain, investor menanti berbagai rilis data ekonomi penting baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Perhatian khusus tertuju pada peluncuran Danantara oleh Presiden Prabowo Subianto, yang diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pasar saham Indonesia membuka perdagangan dengan kondisi yang tidak menentu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak bolak-balik antara zona merah dan hijau, mencerminkan ketidakpastian pasar menjelang peristiwa penting. Mayoritas sektor bursa berada di zona merah, terutama sektor infrastruktur dan energi, sementara sektor teknologi dan transportasi menunjukkan kekuatan.
Saat ini, IHSG berada di level 6.798,70 dengan pelemahan 0,06%. Total transaksi mencapai Rp 1,03 miliar melibatkan 1,9 miliar saham dan ditransaksikan hingga 84 ribu kali. Dari 570 saham yang diperdagangkan, 171 saham berada di zona hijau, 206 saham bergerak di zona merah, dan sisanya stagnan. Ini menunjukkan bahwa sentimen pasar masih cenderung negatif, namun ada sejumlah sektor yang mampu bertahan dengan baik.
Peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) oleh Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan hari ini. Event ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Danantara direncanakan memiliki pendanaan awal sebesar US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 326 triliun. Tujuan utamanya adalah untuk menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara ke dalam proyek-proyek berkelanjutan dan berdampak tinggi.
Danantara akan fokus pada berbagai sektor seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, dan produksi pangan. Dengan aset under management (AUM) yang diperkirakan mencapai US$ 980 miliar atau sekitar Rp 15.974 triliun, Danantara berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Selain itu, Badan ini juga akan mengelola dividen BUMN dan menyertakan modal secara profesional, mirip dengan Temasek di Singapura. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% dan meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.