Aplikasi paspor digital bernama World ID, yang diperkenalkan oleh Sam Altman dari OpenAI, telah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Aplikasi ini memungkinkan pengguna mengakses layanan daring terdesentralisasi dengan memverifikasi keaslian identitas melalui teknologi pemindaian iris mata. Meskipun menawarkan berbagai manfaat seperti inklusi finansial dan kontrol lebih besar atas data pribadi, aplikasi ini juga menuai kritik terkait potensi penyalahgunaan data biometrik. Di beberapa wilayah seperti Bekasi dan Tangerang, daya tarik utama aplikasi ini adalah peluang mendapatkan uang tunai hingga ratusan ribu rupiah setelah proses verifikasi selesai.
Dalam inovasi ini, pengguna diminta melakukan pemindaian iris mata menggunakan alat bernama Orb untuk menghasilkan kode enkripsi unik. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengguna adalah manusia asli dan bukan bot atau kecerdasan buatan. Setelah diverifikasi, pengguna dapat memperoleh akses ke berbagai layanan digital serta token kripto Worldcoin (WLD) sebagai imbalan. Namun, meskipun Worldcoin menegaskan tidak menyimpan data pribadi seperti nama atau alamat email, keraguan tetap ada karena kode enkripsi hasil pemindaian disimpan dalam database untuk mencegah pendaftaran ganda.
Di Indonesia, respons masyarakat terhadap World ID cukup bervariasi. Beberapa orang tertarik dengan peluang mendapatkan penghasilan tambahan melalui pembayaran tunai setelah diverifikasi. Namun, sebagian lainnya khawatir akan risiko keamanan data biometrik mereka. Kekhawatiran ini didukung oleh para ahli seperti Alfons Tanujaya dari Vaksincom, yang menekankan perlunya hati-hati saat memberikan informasi sensitif kepada pihak ketiga. "Meskipun tujuan World.id terdengar baik, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan potensi konsekuensi jangka panjang," ungkapnya.
Selain itu, aplikasi ini juga dipandang sebagai langkah maju dalam membedakan antara manusia dan bot dalam konteks digital. Pengamat meyakini bahwa inovasi ini dapat membantu mengurangi aktivitas spam dan manipulasi online, misalnya saat pembelian tiket atau interaksi di media sosial. Meskipun demikian, tantangan utama tetap terletak pada transparansi penggunaan data dan perlindungan privasi pengguna.
Kesadaran akan pentingnya keamanan data semakin meningkat di tengah perkembangan teknologi digital. Dengan adanya kontroversi terkait World ID, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam memutuskan apakah akan mengambil bagian dalam proyek serupa. Selain itu, regulasi yang lebih tegas dibutuhkan untuk melindungi hak-hak individu terkait penggunaan data biometrik mereka di platform global seperti ini.