Secara umum, partisipasi masyarakat dalam memperingati hari pendidikan tampaknya kurang signifikan di media sosial. Hal ini mencerminkan bahwa isu pendidikan belum sepenuhnya menjadi perhatian kolektif yang mendalam bagi masyarakat luas. Pendidikan sering kali diabaikan sebagai prioritas utama dibandingkan dengan topik-topik lain seperti politik dan ekonomi. Fokus masyarakat terhadap urgensi kualitas pendidikan nasional masih terasa lemah, meskipun telah berlangsung lebih dari dua dekade.
Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMA di Indonesia dalam bidang literasi, numerasi, serta sains masih sangat rendah. Hanya sedikit siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan kritis, abstraksi, kreativitas, dan pemecahan masalah. Selain itu, motivasi untuk berkembang secara intelektual juga tercatat jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata siswa dari negara-negara lain. Masalah lainnya adalah tingginya kasus akademik tidak jujur, termasuk praktik curang dalam ujian perguruan tinggi dan maraknya publikasi jurnal predatori.
Sadar akan pentingnya pendidikan dalam pembentukan peradaban bangsa, masyarakat cenderung masih memandang pendidikan sebagai tanggung jawab formal lembaga pemerintah, bukan sebagai tanggung jawab bersama. Tanpa adanya inovasi nyata dan refleksi mendalam terhadap tantangan pendidikan, momentum Hari Pendidikan dapat kehilangan makna sejatinya. Oleh karena itu, kolaborasi antara seluruh elemen masyarakat menjadi langkah penting untuk membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif dan bermutu.
Peningkatan kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan harus dimulai dari setiap individu. Masyarakat perlu menyadari bahwa pendidikan bukan hanya urusan institusi, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama untuk masa depan generasi mendatang. Dengan kerjasama yang solid antara pemerintah, sekolah, dan keluarga, Indonesia dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan produktif bagi semua anak bangsa.