Sebuah penemuan luar biasa terjadi pada tahun 1990, ketika seorang petani di Jawa menemukan harta karun besar yang terdiri dari 16 kg emas. Penemuan ini, dikenal sebagai Harta Karun Wonoboyo, menjadi salah satu temuan arkeologi paling signifikan dalam sejarah Indonesia. Benda-benda berharga tersebut termasuk guci keramik, perhiasan, dan alat kehidupan sehari-hari yang dilapisi emas. Para ahli meyakini bahwa koleksi ini berasal dari akhir abad ke-9 hingga pertengahan abad ke-10. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Jawa kuno memiliki kebiasaan menggunakan emas secara luas dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk estetika maupun perdagangan.
Dalam sebuah cerita yang menggugah hati, seorang petani bernama Cipto Suwarno menemukan harta karun luar biasa saat sedang menggali sawahnya di Desa Wanoboyo, Klaten, Jawa Tengah. Pada tahun 1990, dia sedang mencoba memperbaiki sistem irigasi dengan cangkul sederhana. Di kedalaman sekitar 2,5 meter, dia menemukan sesuatu yang keras, awalnya diduga hanya batu biasa. Namun, setelah dikeluarkan, ternyata benda tersebut adalah guci keramik yang dilapisi emas, mengandung koleksi barang-barang berharga lainnya.
Setelah penggalian lebih lanjut, ditemukan ratusan artefak emas, termasuk guci besar, mangkuk, pipa rokok, cincin, dan banyak lagi. Total bobot emas yang ditemukan mencapai 16 kg. Temuan ini bukan hanya fenomena lokal tetapi juga menjadi bagian penting dari sejarah arkeologi Indonesia. Harta Karun Wonoboyo memberikan wawasan tentang kehidupan masyarakat Jawa kuno, terutama bagaimana mereka mengintegrasikan emas dalam budaya dan aktivitas sehari-hari. Barang-barang ini kemudian disimpan di Museum Nasional Jakarta sebagai warisan budaya nasional.
Berdasarkan penelitian para arkeolog, masyarakat Jawa kuno sangat akrab dengan penggunaan emas. Dalam era Majapahit (1293-1527 M), misalnya, emas sering digunakan oleh kalangan elit dalam jumlah besar. Barang-barang seperti kereta dan kipas bahkan dilapisi emas untuk meningkatkan nilai estetika. Tradisi ini tidak hanya terbatas pada kalangan atas; masyarakat umum juga menggunakan emas dalam transaksi perdagangan skala besar, seperti pembelian tanah. Penjelajah asing dari China dan Eropa melaporkan bahwa raja-raja Jawa hidup dalam kemewahan yang luar biasa, dengan menggunakan peralatan emas bahkan untuk hal sehari-hari seperti makan.
Emas bukan hanya sekadar simbol status sosial tetapi juga merupakan alat perdagangan yang penting. Meskipun penduduk Pulau Jawa tidak memiliki sumber daya emas secara langsung, mereka mengimpor emas dari Sumatera atau India untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebiasaan ini bertahan selama berabad-abad hingga runtuhnya kerajaan kuno dan datangnya kolonialisme. Dalam periode tersebut, banyak artefak emas yang hilang atau tertimbun di bawah tanah, menjadikannya harta karun bagi generasi mendatang. Harta Karun Wonoboyo adalah salah satu contoh nyata dari warisan tersebut, membuktikan betapa eratnya hubungan antara masyarakat Jawa kuno dan emas.