Presiden Prabowo Subianto dari Indonesia tidak dapat hadir secara langsung pada prosesi pemakaman Paus Fransiskus yang berlangsung di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Namun, pemerintah Indonesia tetap mengirimkan perwakilan resmi sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum Paus. Prosesi ini dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re dan dihadiri oleh para pemuka agama dari seluruh dunia. Paus Fransiskus meninggal dunia akibat stroke serta komplikasi kesehatan lainnya pada usia 88 tahun.
Di tengah kesedihan global atas kepergian Paus Fransiskus, Indonesia turut berpartisipasi melalui utusan khusus yang dikirim oleh Presiden Prabowo Subianto. Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menjelaskan bahwa karena berbagai pertimbangan, kepala negara tidak dapat hadir langsung pada acara tersebut. Meskipun demikian, koordinasi terkait siapa yang akan mewakili Indonesia sedang dilakukan dengan hati-hati guna memastikan representasi yang layak.
Pemakaman sendiri direncanakan pada Sabtu, 26 April 2025, di Lapangan Santo Petrus, tempat umat Katolik dari seluruh dunia berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin spiritual mereka. Sebelum itu, jenazah Paus akan disemayamkan di Basilika Santo Petrus mulai Rabu pagi, 23 April 2025, hingga hari pemakaman. Prosesi ini dimulai pukul 9:00 pagi waktu setempat dan dihadiri oleh berbagai tokoh agama penting seperti patriark, kardinal, uskup agung, serta pendeta dari berbagai penjuru dunia.
Fransiskus, seorang tokoh inspiratif yang dikenal karena dedikasinya terhadap keadilan sosial dan lingkungan hidup, meninggal dunia pada Senin Paskah di kediamannya di Kota Vatikan. Penyebab kematiannya adalah stroke yang kemudian menyebabkan koma serta kolaps kardiosirkulasi yang tidak dapat diobati, menurut Direktorat Kesehatan Kota Vatikan.
Dengan riwayat penyakit kronis seperti pneumonia, hipertensi, dan diabetes, Paus Fransiskus tetap menjadi simbol harapan bagi banyak orang di seluruh dunia.
Sebagai tanda hormat, umat Katolik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, telah menggelar doa bersama dan upacara penghormatan lainnya sejak kabar kematiannya diumumkan.
Berita ini membawa pesan tentang pentingnya kerjasama internasional dalam konteks agama dan diplomasi. Kehadiran utusan Indonesia dalam pemakaman Paus mencerminkan nilai-nilai persatuan dan penghormatan lintas budaya serta keyakinan.
Dari sudut pandang seorang jurnalis atau pembaca, berita ini menyoroti bagaimana hubungan antarnegara dapat diperkuat melalui momen-momen emosional seperti ini. Ini juga menunjukkan betapa besar pengaruh seorang tokoh agama terhadap masyarakat global, bahkan setelah kepergiannya. Penghormatan terhadap tradisi dan nilai-nilai universal yang ditunjukkan dalam pemakaman ini patut menjadi pelajaran bagi semua orang.