Di akhir bulan suci Ramadan, umat Islam diingatkan untuk terus mengasah nilai-nilai ketakwaan, kesabaran, serta kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan dunia. Menurut para ulama, bulan Ramadan tidak hanya menjadi ajang penguatan ibadah individu tetapi juga sebagai waktu pembelajaran yang membentuk karakter manusia yang seimbang. Prof Andi Faisal Bakti dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menekankan bahwa Ramadan harus dimanfaatkan untuk membangun empati dan hubungan harmonis dengan sesama, baik antar Muslim maupun dengan umat beragama lainnya. Melalui pendekatan ini, Ramadan dapat menjadi alat transformasi bagi setiap individu.
Bulan Ramadan dikenal sebagai momen spiritual yang mendalam. Namun, lebih dari sekadar menahan lapar dan haus, Ramadan diharapkan mampu menciptakan insan kamil yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila dan agama secara menyeluruh. Prof Andi menegaskan bahwa toleransi dan empati adalah dua aspek penting yang perlu ditingkatkan selama Ramadan. Ia juga menyoroti konsep wasatiyah dalam Islam, yang mengajarkan sikap moderat dan inklusif kepada semua orang tanpa pandang bulu. Dengan analogi wasit dalam pertandingan bola, ia menjelaskan bahwa sikap netral dan adil sangat diperlukan agar kehidupan sosial tetap berjalan harmonis tanpa konflik. Oleh karena itu, umat Islam diharapkan bisa menjadi mediator perdamaian di tengah keragaman masyarakat.
Karakteristik Islam yang moderat dan inklusif memberikan peluang bagi umat untuk merangkul keberagaman dan menghargai perbedaan. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia memiliki tanggung jawab moral untuk saling mengasihi tanpa memandang suku, ras, atau agama. Prof Andi menekankan bahwa sikap ekstremisme hanya akan membawa kehancuran, sedangkan sikap acuh tak acuh sama saja menolak panggilan spiritual. Maka dari itu, Ramadan dijadikan sebagai sarana introspeksi diri untuk meningkatkan keimanan dan kesalehan sosial. Semoga momentum ini dapat menginspirasi semua orang untuk bersatu dalam persaudaraan dan saling menghargai satu sama lain. Hari raya Idul Fitri pun menjadi simbol kesucian dan kebersamaan yang patut dirayakan dengan hati yang tulus dan penuh cinta.