Sebuah kehilangan besar dirasakan oleh umat Katolik di seluruh dunia dengan berpulangnya Paus Fransiskus pada Senin pagi (21/4/2025). Dalam usianya yang ke-88, mantan pemimpin Gereja Katolik ini meninggal akibat serangan stroke, seperti yang diumumkan oleh Vatikan. Menjadi paus pertama dari Amerika Latin sejak 1.200 tahun lalu, Paus Fransiskus dikenal karena pendekatan sederhana serta sikap kritis terhadap kemewahan dalam hidup. Meskipun memiliki akses ke gaji bulanan sebesar USD 32.000, dia memilih untuk tidak mengambil upah tersebut dan menyumbangkan hartanya kepada gereja atau yayasan amal.
Sepanjang masa kepemimpinannya, Paus Fransiskus menunjukkan dedikasi yang mendalam terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai contoh, dia melakukan kunjungan resmi ke Indonesia pada akhir tahun 2024, membawa pesan perdamaian dan persatuan. Selain itu, dia juga menjadi sosok yang menginspirasi melalui gaya hidup sederhana yang jauh dari kemewahan. Dalam wawancara pada tahun 2013, Paus Fransiskus pernah mengkritik sistem kapitalisme modern dan menegaskan pentingnya pemerataan ekonomi global.
Menurut Livemint, meskipun Paus Fransiskus menolak menerima gaji bulanan, dia tetap memiliki akses ke aset yang terkait dengan posisinya sebagai paus. The Economic Times melaporkan bahwa kekayaan bersihnya diperkirakan mencapai USD 16 juta, namun mayoritas harta tersebut dialokasikan untuk gereja dan yayasan amal. Sikap dermawan ini menjadikan Paus Fransiskus sebagai simbol pengabdian tanpa pamrih bagi banyak orang.
Sejarah mencatat bahwa Paus Fransiskus adalah tokoh revolusioner dalam konteks gerejawi. Dia tidak hanya membawa angin segar melalui reformasi internal gereja tetapi juga menjadi pelopor dialog lintas agama dan isu-isu sosial. Kunjungannya ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, membuktikan komitmennya terhadap inklusi dan keberagaman.
Berpulangnya Paus Fransiskus meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi Gereja Katolik dan dunia. Melalui tindakan sederhana dan prinsip-prinsip moralnya, dia telah menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati bukanlah soal kekuasaan, melainkan tentang pelayanan kepada sesama. Perjalanan hidupnya akan terus menginspirasi generasi mendatang untuk berjuang demi keadilan dan persatuan.