Kemajuan dalam pemahaman dan partisipasi keuangan masyarakat Indonesia telah mencatat perkembangan signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa kesadaran keuangan di berbagai kelompok usia meningkat secara substansial dibandingkan tahun sebelumnya. Tingkat literasi keuangan nasional melonjak hingga 66,46%, naik dari angka 65,43% pada tahun 2024. Angka ini menjadi indikator positif bagi upaya pemerintah dalam memperluas inklusi finansial.

Tingkat inklusi keuangan juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Menurut laporan resmi, angka inklusi keuangan nasional meningkat dari 75,02% pada tahun 2024 menjadi 80,51% di tahun 2025. Kelompok usia produktif seperti 18-35 tahun menjadi penyumbang utama pertumbuhan ini. Sebaliknya, kelompok usia lebih muda (15-17 tahun) dan lebih tua (51-79 tahun) masih menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional. Sektor perbankan tetap menjadi pilar utama dalam mendukung peningkatan literasi dan inklusi keuangan, dengan indeks tertinggi di antara sektor lainnya.

Peran sektor jasa keuangan dalam mendorong inklusi keuangan tidak dapat dipandang remeh. Perbankan menyumbang kontribusi terbesar dengan indeks literasi sebesar 65,50% dan inklusi sebesar 70,65%. Meskipun demikian, beberapa sektor seperti lembaga keuangan mikro dan pasar modal masih menghadapi tantangan besar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Hal ini menunjukkan perlunya strategi lebih intensif agar semua kalangan bisa menikmati akses keuangan yang merata.

Peningkatan literasi dan inklusi keuangan adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih mandiri secara ekonomi. Dengan meningkatnya kesadaran akan produk-produk keuangan, masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam mengelola aset dan investasi mereka. Selain itu, keterlibatan sektor swasta serta edukasi yang efektif dapat membantu menutup kesenjangan literasi keuangan antar kelompok usia. Ini adalah tonggak penting dalam pembangunan sistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.