Penguatan rupiah terhadap dolar AS menjadi sorotan setelah data IHK April 2025 dirilis. Pada penutupan Jumat (2/5/2025), mata uang Indonesia mencatat apresiasi sebesar 0,99%, berakhir di Rp16.430 per dolar AS. Ini merupakan penguatan mingguan pertama setelah enam pekan melemah berturut-turut. Selain faktor eksternal seperti hubungan dagang AS-China yang membaik, sentimen domestik juga memberikan dorongan kuat dengan inflasi terkendali dan kebijakan pemerintah yang pro-pasar.
Indeks dolar AS (DXY) turun tipis 0,35% ke level 99,89. Para analis menyebut bahwa kombinasi antara kondisi global yang lebih stabil serta sentimen lokal positif, termasuk hasil IHK yang meningkat hingga 1,95% secara tahunan pada April, telah mendorong kenaikan signifikan nilai tukar rupiah.
Faktor eksternal berperan besar dalam penguatan rupiah akhir pekan lalu. Hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang mulai membaik serta gencatan senjata di beberapa wilayah konflik internasional menciptakan suasana optimisme di pasar global. Kondisi ini mengurangi ketidakpastian dan mendorong aliran modal masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dengan adanya prospek perdamaian antarnegara besar dan peningkatan kerja sama ekonomi global, investor asing semakin percaya untuk menanamkan modal di Indonesia. Hal ini tercermin dari performa indeks dolar AS (DXY) yang menunjukkan pelemahan sebesar 0,35%. Pergerakan DXY yang turun memberikan ruang bagi mata uang emerging markets, termasuk rupiah, untuk menguat. Investor melihat peluang investasi yang lebih menarik di pasar Indonesia karena situasi geopolitik global yang lebih kondusif.
Selain pengaruh eksternal, sentimen domestik juga turut memperkuat posisi rupiah. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan April 2025 menunjukkan kenaikan sebesar 1,95% secara tahunan, angka tertinggi sejak Agustus 2024. Inflasi yang masih terkendali serta tingkat keyakinan konsumen yang tetap positif menjadi indikator baik bagi stabilitas ekonomi nasional. Kebijakan pemerintah, seperti rencana pencabutan outsourcing, juga memberikan sinyal positif kepada pelaku pasar.
Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk mencabut sistem outsourcing diharapkan dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal dan mengurangi tekanan pada sektor ekspor-impor. Selain itu, kebijakan ini diprediksi akan mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih layak dan produktif. Secara keseluruhan, gabungan antara sentimen positif dari dalam negeri dan kondisi global yang membaik membuat rupiah berhasil menutup pekan dengan kinerja yang sangat mengesankan.