Dalam perdagangan saham Jumat (2/5/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa positif dengan kenaikan sebesar 0,72% ke level 6.815,73. Selama satu minggu terakhir, IHSG berhasil mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 3,06%. Sektor bahan baku menjadi pemimpin penguatan dengan peningkatan 3,35%, diikuti oleh properti, finansial, dan utilitas. Namun, sektor kesehatan serta konsumer primer masih berada di zona merah. Pada sisi lain, kondisi ekonomi global, khususnya Amerika Serikat, menghadirkan tantangan baru akibat kontraksi ekonomi dalam tiga bulan pertama tahun 2025.
Selain itu, meskipun IHSG memberikan indikasi kuat untuk melanjutkan tren positifnya, sejarah pasar modal Indonesia selama dekade terakhir menunjukkan bahwa bulan Mei sering kali menjadi periode pelemahan. Beberapa faktor sentimen negatif dari luar negeri, termasuk perlambatan belanja konsumen AS dan lonjakan impor yang tidak terduga, dapat mempengaruhi prospek pasar saham domestik pada bulan ini.
IHSG berhasil mempertahankan tren positifnya pada awal bulan Mei, didorong oleh beberapa sektor yang menunjukkan performa cemerlang. Sektor bahan baku menjadi penggerak utama dengan kenaikan 3,35%, disusul oleh sektor properti, finansial, dan utilitas. Sebaliknya, sektor kesehatan serta konsumer primer masih mengalami penurunan. Saham TPIA, BBCA, dan BMRI juga turut berkontribusi besar terhadap penguatan indeks hari ini.
Kinerja positif IHSG sepanjang minggu ini mencerminkan optimisme investor terhadap prospek pasar modal Indonesia. Kenaikan signifikan hingga 3,06% dalam seminggu dipengaruhi oleh kapitalisasi pasar yang meningkat hingga Rp 11.869,68 triliun. Volume transaksi yang tinggi, mencapai Rp 11,87 triliun dengan lebih dari 20 miliar saham diperdagangkan, menunjukkan adanya minat besar dari para pelaku pasar. Meski demikian, analis memperingatkan bahwa potensi rehat sementara di bulan Mei tetap harus dipertimbangkan, mengingat historis pelemahan IHSG selama periode ini dalam sepuluh tahun terakhir.
Kondisi ekonomi global, terutama dari Amerika Serikat, membawa tantangan tersendiri bagi IHSG. Data terbaru menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) AS turun sebesar 0,3% pada kuartal pertama tahun 2025, akibat lonjakan impor yang tidak terduga. Faktor-faktor seperti perang dagang yang dilancarkan oleh Presiden Donald Trump dan perlambatan belanja konsumen telah memperburuk situasi. Selain itu, upaya efisiensi pemerintah yang dikemukakan oleh Elon Musk di Departemen Efisiensi Pemerintah juga berdampak pada penurunan pengeluaran federal.
Situasi ini memunculkan ketidakpastian bagi The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan langkah kebijakan moneter. Sementara angka pertumbuhan negatif bisa mendorong bank sentral untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga, pembacaan inflasi yang berbeda-beda dapat membuat para pembuat kebijakan ragu-ragu. Ketidakpastian ini kemungkinan akan berimbas pada IHSG, terutama jika sentimen negatif dari luar negeri semakin dominan di bulan Mei. Oleh karena itu, para investor diharapkan untuk tetap waspada terhadap dinamika pasar global yang dapat memengaruhi stabilitas pasar modal Indonesia.