PT Adhi Karya (Persero) Tbk., sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), mencatatkan peningkatan laba yang signifikan pada tahun 2024. Meskipun pendapatannya mengalami penurunan, perusahaan berhasil meningkatkan laba bersihnya sebesar 17,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh beberapa faktor termasuk surplus revaluasi tanah dan pengurangan beban keuangan. Namun, pendapatan operasional perusahaan turun secara signifikan, menyebabkan penyesuaian dalam struktur biaya.
Penyebab utama dari peningkatan laba adalah adanya surplus revaluasi tanah dan pengurangan beban keuangan. Surplus revaluasi tanah memberikan kontribusi besar terhadap kenaikan laba, sementara pengurangan beban keuangan juga berperan penting. Hal ini menunjukkan strategi efisiensi yang berhasil diterapkan oleh manajemen perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan meskipun pendapatan operasional mengalami penurunan.
Surplus revaluasi tanah menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan laba ADHI. Selain itu, pengurangan beban keuangan juga berkontribusi signifikan. Dengan adanya surplus revaluasi tanah sebesar Rp 223,3 miliar, perusahaan dapat mengimbangi dampak negatif dari penurunan pendapatan operasional. Pengurangan beban keuangan menjadi Rp 837,5 miliar, serta penurunan beban pajak penghasilan menjadi Rp 305,8 miliar, semakin memperkuat posisi keuangan perusahaan. Ini menunjukkan bahwa meski pendapatan turun, manajemen berhasil memanfaatkan aset dan mengurangi biaya untuk meningkatkan laba.
Penurunan pendapatan operasional sebesar 33,3% menjadi Rp 13,35 triliun menuntut perusahaan untuk melakukan penyesuaian dalam struktur biayanya. Beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 11,72 triliun, sementara beban usaha naik menjadi Rp 925,9 miliar. Meski demikian, perusahaan tetap mampu mempertahankan kinerja laba dengan efektivitas dalam pengelolaan biaya.
Penurunan pendapatan operasional menciptakan tantangan bagi PT Adhi Karya. Beban pokok pendapatan turun dari Rp 17,75 triliun menjadi Rp 11,72 triliun, mencerminkan penyesuaian yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi pengeluaran. Beban penjualan naik menjadi Rp 19,4 miliar, sementara beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp 906,46 miliar. Meski demikian, laba bruto turun dari Rp 2,32 triliun menjadi Rp 1,62 triliun. Namun, perusahaan berhasil mengimbangi hal ini dengan peningkatan laba ventura bersama dan laba entitas asosiasi. Secara keseluruhan, manajemen berhasil memanfaatkan strategi efisiensi untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan.