Situasi di Timur Tengah semakin memanas setelah kelompok pemukim ilegal Yahudi melakukan aksi masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa dengan pengawalan polisi. Insiden ini terjadi pada hari keempat perayaan Paskah Yahudi, tepatnya tanggal 17 April 2025. Aksi ini mendapat kritik tajam dari pemerintah Mesir yang mengecam seruan provokatif untuk membom Masjid Al-Aqsa. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Mesir menekankan penolakan total terhadap retorika ekstremis yang mengancam stabilitas wilayah tersebut. Pihak Mesir juga mendorong komunitas internasional segera bertindak untuk menghentikan pelanggaran Israel yang melawan hukum internasional.
Pada pagi hari yang sama, kelompok pemukim Israel didampingi oleh aparat keamanan melakukan invasi simbolis ke dalam kompleks suci Islam di Yerusalem Timur yang diduduki. Aksi ini merupakan bagian dari upaya politik yang lebih luas untuk menunjukkan dominasi atas wilayah bersejarah tersebut. Sebagai tanggapan, Mesir secara resmi menyampaikan keprihatinan akan ancaman serius terhadap tempat-tempat suci agama Islam dan Kristen di Yerusalem. Mereka menyoroti pentingnya menjaga ketenangan di lokasi yang sangat sensitif secara religius.
Kemlu Mesir menyerukan perlunya solusi diplomatis guna mencegah eskalasi konflik lebih lanjut. Mereka menekankan bahwa segala bentuk provokasi hanya akan memperburuk situasi di wilayah tersebut. Selain itu, Mesir menegaskan urgensi tindakan kolektif dari masyarakat internasional untuk menjamin keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut.
Palestina juga tidak tinggal diam terhadap provokasi yang semakin meningkat. Kemlu Palestina mengutuk video buatan AI yang beredar di platform ekstremis berbahasa Ibrani. Video tersebut menampilkan adegan penghancuran Masjid Al-Aqsa dan digantikan oleh apa yang disebut Bait Suci Ketiga. Hal ini dianggap sebagai ancaman sistematis terhadap nilai-nilai keagamaan dan budaya masyarakat lokal. Pemerintah Palestina menilai bahwa sikap lemah dari komunitas internasional memberikan ruang bagi pihak Israel untuk melanjutkan agenda kolonialnya tanpa rasa takut akan sanksi.
Seiring meningkatnya tensi, Mesir dan Palestina sepakat bahwa langkah-langkah konkret harus segera diambil untuk menghentikan aksi sepihak Israel. Mereka mendesak badan-badan PBB untuk turun tangan dan memastikan bahwa semua pihak menghormati prinsip-prinsip hukum internasional. Hanya melalui dialog damai dan saling pengertian, konflik panjang ini dapat diselesaikan secara adil dan berkelanjutan.