Gaya Hidup
Perjuangan Sektor Kecantikan di Mall: Antara Penurunan dan Adaptasi
2025-05-19
Bisnis layanan kecantikan seperti salon, nail art, hingga pijat refleksi yang biasa beroperasi di pusat perbelanjaan kini menghadapi tantangan besar. Dalam dua tahun terakhir, sejumlah pelaku usaha melaporkan penurunan pendapatan signifikan akibat berkurangnya jumlah pengunjung. Faktor-faktor seperti penutupan ritel utama, kondisi ekonomi yang lesu, serta perubahan pola konsumsi masyarakat menjadi penyebab utama dari fenomena ini.

Pemulihan Harus Dimulai dari Inovasi dan Kolaborasi

Seiring dengan penurunan minat masyarakat untuk berkunjung ke mall, bisnis jasa kecantikan harus menemukan cara baru agar tetap relevan dan bertahan di tengah ketidakpastian pasar.

Dampak Penutupan Ritel Utama terhadap Kunjungan Pelanggan

Penutupan toko ritel besar di beberapa pusat perbelanjaan telah memberikan dampak serius bagi industri kecantikan yang bergantung pada aliran pengunjung. Sebagai contoh, Mega Bekasi yang dulunya memiliki lebih dari belasan salon, kini hanya menyisakan empat tempat saja yang masih aktif beroperasi. Sementara itu, ruang-ruang kosong bekas salon tersebut mulai beralih fungsi menjadi tempat pijat refleksi.

Situasi ini diperparah oleh penutupan Lulu Hypermart, salah satu magnet utama pengunjung mal tersebut. Menurut pemilik PBrow Studio, keberadaan gereja dan bioskop menjadi penyelamat bagi mereka dalam menjaga kunjungan pelanggan pada akhir pekan. Namun, secara keseluruhan, pelanggan tetap mengalami penurunan drastis dibandingkan periode sebelumnya.

Strategi Bertahan bagi Usaha Kecantikan di Mall

Beberapa merek ternama seperti Irwan Team, Johnny Andrean, dan Haircode masih berhasil mempertahankan eksistensinya di beberapa pusat perbelanjaan. Hal ini disebabkan oleh loyalitas pelanggan setia yang terbentuk selama bertahun-tahun. Selain itu, layanan waxing dari Waxhaus juga masih cukup diminati, terutama oleh konsumen tetap yang sudah familiar dengan produk mereka.

Tak hanya itu, tempat pijat refleksi di area strategis seperti FX Sudirman juga berhasil mempertahankan pangsa pasarnya meskipun aktivitas harian cenderung lebih ramai pada akhir pekan. Fenomena ini menunjukkan bahwa walaupun ada penurunan umum, segmen tertentu masih mampu bertahan dengan basis pelanggan yang solid.

Kesempatan Baru untuk Bisnis Nail Art

Berbeda dengan tren keseluruhan, bisnis nail art tampaknya menjadi salah satu segmen yang paling stabil bahkan di tengah krisis. Salah satu pelaku usaha di Mega Bekasi, Unna Nails, melaporkan bahwa mereka masih mendapatkan banyak pelanggan, baik pada hari kerja maupun akhir pekan. Harga layanan yang ditawarkan sangat kompetitif, mulai dari Rp50 ribu hingga Rp175 ribu, termasuk manicure dan pedicure.

Hal serupa juga diamati di Vin Beauty Nail Art di Revo Town, sebuah pusat perbelanjaan tak jauh dari lokasi Mega Bekasi. Mereka menawarkan harga Rp170 ribu untuk layanan kuku palsu 10 jari, sementara untuk manicure pedicure tanpa kuku palsu dibanderol Rp100 ribu. Kedua tempat ini menunjukkan bahwa bisnis nail art masih memiliki potensi besar di masa mendatang.

Perubahan Gaya Hidup Konsumen dan Implikasinya

Perubahan gaya hidup konsumen menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi penurunan kunjungan ke salon. Banyak orang kini lebih memilih melakukan perawatan sendiri di rumah karena dianggap lebih praktis dan hemat. Kemudahan akses ke produk perawatan tubuh melalui platform e-commerce membuat konsumen semakin mandiri dalam merawat diri.

Desy, seorang pegawai swasta di Jakarta, mengungkapkan bahwa ia jarang lagi mengunjungi salon kecuali untuk memotong rambut. “Semua bisa dibeli online sekarang. Perawatan juga bisa dilakukan sendiri di rumah,” katanya. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Ahsanul Husna, yang menyebut keterbatasan waktu dan lokasi sebagai alasan utama jarangnya kunjungan ke salon.

Inovasi sebagai Solusi untuk Menghadapi Tantangan

Untuk tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat, para pelaku usaha kecantikan harus berinovasi. Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain adalah layanan home service, promosi bundling produk, serta sistem booking online yang lebih efisien. Strategi ini bertujuan untuk menarik pelanggan baru dan meningkatkan loyalitas pelanggan lama.

Pelembutan daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi juga menjadi tantangan besar bagi sektor non-prioritas seperti layanan kecantikan. Oleh karena itu, dukungan promosi dari pusat perbelanjaan dan pemulihan daya beli masyarakat sangat diharapkan untuk membantu menghidupkan kembali sektor ini. Dengan kolaborasi yang tepat, diharapkan bisnis kecantikan dapat kembali menjadi bagian integral dari gaya hidup masyarakat modern.

more stories
See more