Gaya Hidup
Pernikahan Anak di Indonesia: Fakta, Penyebab, dan Dampaknya
2025-05-27

Pernikahan anak yang terjadi pada pasangan muda di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah menarik perhatian luas setelah video prosesi adat mereka menjadi viral di media sosial. Pengantin wanita yang masih berusia 15 tahun ini dipanggil oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Lombok Tengah untuk klarifikasi terkait kasus pernikahan dini. Data UNICEF mencatat ada sekitar 650 juta anak di seluruh dunia yang menjadi korban pernikahan anak, dengan Indonesia menyumbang angka signifikan yaitu 25,5 juta kasus. Selain itu, satu dari enam anak perempuan di Indonesia mengalami pernikahan anak. Berbagai faktor seperti kemiskinan, norma sosial, serta hukum adat memperparah fenomena ini.

Dampak dari pernikahan anak sangat serius, mulai dari risiko kesehatan ibu dan bayi hingga kekerasan dalam rumah tangga. Pada usia remaja, komplikasi kehamilan dan persalinan menjadi penyebab utama kematian perempuan berusia 15-19 tahun. Bayi yang lahir dari ibu di bawah umur juga lebih rentan terhadap kematian dalam periode awal kehidupannya. Oleh karena itu, langkah-langkah nyata diperlukan untuk mengatasi masalah ini demi melindungi hak asasi manusia anak.

Faktor-Faktor Utama yang Mendorong Pernikahan Anak

Banyak alasan yang mendorong praktik pernikahan anak di Indonesia, salah satunya adalah kondisi ekonomi yang buruk. Kemiskinan menjadi salah satu faktor utama yang membuat keluarga merasa bahwa pernikahan dapat memberikan perlindungan finansial bagi anak-anak mereka. Selain itu, persepsi masyarakat tentang manfaat pernikahan dalam konteks budaya atau agama juga turut memperkuat praktik ini.

Selain kemiskinan, norma sosial dan hukum adat juga memainkan peran penting dalam membenarkan pernikahan anak. Banyak komunitas yang percaya bahwa pernikahan adalah solusi untuk menjaga nama baik keluarga atau bahkan sebagai cara untuk menghindari malu sosial. Lebih lanjut, sistem pencatatan sipil yang lemah di beberapa daerah membuat pelaksanaan pernikahan anak semakin mudah tanpa kendala hukum yang kuat. Kekurangan kerangka legislatif yang tegas juga berkontribusi pada meningkatnya jumlah pernikahan anak di Indonesia.

Konsekuensi Serius dari Pernikahan Anak

Pernikahan anak memiliki dampak negatif yang sangat besar, terutama pada kesehatan fisik dan mental para pengantin muda. Salah satu konsekuensi utama adalah risiko tinggi terjadinya komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Wanita di bawah usia 20 tahun lebih rentan mengalami komplikasi medis yang bisa berujung pada kematian. Selain itu, bayi yang dilahirkan dari ibu di bawah umur memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk meninggal dalam 28 hari pertama hidupnya dibandingkan bayi dari ibu dewasa.

Anak perempuan yang menikah di usia dini juga lebih rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Mereka sering kali tidak memiliki kekuatan tawar-menawar atau dukungan sosial yang cukup untuk melindungi diri dari situasi yang berbahaya. Selain itu, pernikahan anak dapat mengganggu akses pendidikan bagi para korban, sehingga membatasi peluang mereka untuk berkembang secara penuh. Agar masalah ini dapat diselesaikan, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya pernikahan anak serta memberikan solusi konkret bagi para korban.

more stories
See more